Jakarta, Portonews.com – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat menyelenggarakan Clean Hydrogen and Ammonia Development in Indonesia Seminar. Seminar ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan di bawah Clean Energy Working Group, sesuai dengan kerja sama antara Kementerian ESDM dengan Departemen Perdagangan AS yang ditandatangani Maret 2023 lalu.
Pada sambutannya Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan (EBT) Andriah Feby Misna, mengungkapkan Indonesia telah menetapkan peta jalan transisi energi menuju Net Zero Emission pada tahun 2060, dengan fokus pada pengembangan energi baru dan terbarukan seperti tenaga surya, air, angin, panas bumi, serta hidrogen dan amonia.
“Hidrogen dan amonia tidak hanya akan dimanfaatkan sebagai energi baru, namun juga sebagai penyimpan dan pembawa energi untuk mengoptimalkan pemanfaatan variabel energi terbarukan dan menghubungkan sumber daya dan permintaan energi,” ujar Feby di Jakarta, Selasa (12/12/2023).
Feby juga mengatakan, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Strategi Hidrogen Nasional untuk memandu para pemangku kepentingan mengenai pemanfaatan hidrogen di masa depan di negara ini. Saat ini Pemerintah juga sedang mempersiapkan Peta Jalan Hidrogen Nasional dengan target rinci dan rencana aksi tahunan hingga tahun 2060.
Bulan November 2023 lalu, PT PLN (Persero) baru saja meluncurkan 21 Pabrik Hidrogen Ramah Lingkungan untuk mengakselerasi ekosistem hidrogen di Indonesia. Pasokan listrik pembangkit hidrogen hijau ini berasal dari Solar PV dan Renewable Energy Certificate (REC) sebesar 4,6 MWp Solar PV atau setara dengan 6.780 MWh/tahun dan pasokan REC dari berbagai pembangkit listrik terbarukan sebesar 9.535 MWh REC. Sistem ini dapat menghasilkan 199 ton H2/tahun yang digunakan secara internal sekitar 75 ton/tahun dan kelebihan 124 ton/tahun yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain.
Selain itu, terdapat beberapa proyek hidrogen lainnya yang sedang berjalan di Indonesia. Ini termasuk hidrogen hijau dari tenaga surya di Sumba Timur, pabrik hidrogen menggunakan pembangkit listrik tenaga air besar di Kalimantan Utara dan Papua, serta proyek percontohan di Ulubelu yang memanfaatkan kondensat panas bumi.
“Inisiatif-inisiatif ini menyoroti upaya Indonesia untuk mengeksplorasi berbagai metode produksi hidrogen yang berkelanjutan. Kami bermaksud mengembangkan ekosistem hidrogen yang komprehensif, yang tidak hanya mencakup produksi, namun juga penyimpanan, transportasi, dan pemanfaatan,” ujar Feby.
Feby mengungkapkan, dengan penggunaan hidrogen dan amonia yang luas, Indonesia bertujuan untuk menjadi pemain kunci di pasar hidrogen global, dan memposisikan diri sebagai pusat hidrogen regional. Karena lokasi Indonesia yang strategis di dekat salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia, Selat Malaka, Indonesia memiliki posisi yang baik untuk mengekspor hidrogen ramah lingkungan ke negara-negara di kawasan Asia-Pasifik dan sekitarnya.
“Kami yakin, dengan dukungan negara-negara mitra seperti Amerika Serikat dalam mempersiapkan ekosistem hidrogen yang kompetitif, Indonesia dapat berhasil mencapai visinya menjadi pusat hidrogen global,” tandasnya.
Seminar hidrogen ini menandai langkah pertama dalam potensi kegiatan kolaborasi Kelompok Kerja Energi Bersih Indonesia-AS. “Saya ingin menyampaikan penghargaan saya kepada tim Kedutaan Besar AS yang telah bermitra dengan kami dalam seminar ini. Saya yakin, kerja sama yang kuat dan solid antara Indonesia dan AS dapat membantu mempercepat transisi energi dan mencapai target Net Zero Emission Indonesia,” pungkas Feby.
Commercial Attache Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta Melissa Marszalek juga menambahkan, bahwa seminar ini dapat memberikan peluang penting untuk kolaborasi komersial. Pada seminar ini para peserta berkesempatan untuk mendapatkan informasi langsung dari para pemimpin Bisnis AS mengenai pengembangan Hidrogen dan Amonia yang ramah lingkungan
“Kemitraan yang kuat antara sektor swasta di kedua negara dalam teknologi mutakhir sangatlah penting untuk menyediakan energi ramah lingkungan,” ungkap Marszalek.
Sebagai informasi, saat ini hidrogen telah dimanfaatkan di Indonesia pada sektor industri, terutama sebagai bahan baku pupuk. Konsumsi hidrogen di Indonesia saat ini berkisar 1,75 juta ton per tahun, sesuai dengan Laporan IEA tahun 2022, dengan pemanfaatan didominasi oleh urea (88%), amonia (4%), dan kilang minyak (2%). Diharapkan kedepannya pemanfaatan Hidrogen dan ammonia di Indonesia dapat terus berkembang sehingga dapat membantu untuk mengurangi ketergantungannya terhadap bahan bakar fosil.