Jakarta, Portonews.com – Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki 17.500 pulau bergaris pantai 81.000 km. Sekitar 62 persen luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan. Data tersebut dikonfirmasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Luas wilayah daratan 1,91 juta km2. Sedangkan luas wilayah perairan 6,32 juta km2. Inilah kekhasan Indonesia.
Demikian diungkapkan oleh Prof. Ir. Mukhtasor, M.Eng., Ph.D. Guru Besar Labolatorium Lingkungan dan Energi Laut ITS dalam acara seminar bertajuk “Masukan Peta Jalan untuk Mendorong Energi Laut, Usulan Kebijakan, Potensi Pengembangan Purnarupa (TKDN)” yang diselenggarakan Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) bersama PT PLN (Persero) Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Ketenagalistrikan, berlokasi di Gran Sheraton, Gandaria City, Jakarta, (1/8/2023).
Menurutnya, laut harus dipandang menjadi potensi energi di Indonesia. Karenanya pemerintah perlu menyiapkan regulasi dan implementasinya. “Jika Indonesia tidak melakukan penciptaan teknologinya dan tata kelola sistem, hal ini akan berdampak kurang baik untuk pengembangan energi di Indonesia,” tutur Mukhtasor.
Selain Mukhtasor, tampil pula General Manager PT PLN (Persero) Pusat Peneltian dan Pengembangan (Puslitbang) Ketenagalistrikan, Ir. Iswan Prahastono yang
diwakilkan oleh Sahrijal Purba Senior Manager Bidang Riset Teknologi Sistem Pembangkitan Energi PLN Puslitbang Ketenagalistrikan.
Sahrijal menyampaikan paparan mengenai “Perkembangan Research and Development Energi Laut di PLN”.
Dia menjelaskan, PLN Puslitbang Ketenagalistrikan sendiri merupakan bagian dari PLN Group yang bergerak dalam bidang penelitian, kajian Teknik, standarisasi serta pengelolaan inovasi di lingkungan PLN. “Berbagai inovasi dan teknologi terus dilaksanakan oleh PLN Puslitbang, tujannya yakni untuk mencapai bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025, dengan mengkonversi pembangkit listrik tenaga diesel yang tersebar diseluruh pelosok tanah air, serta mencapai net zero emissions pada 2060,” terang Sahrijal.
“Salah satu yang sedang kita laksanakan yaitu dengan mengkonversi Pembangkit Listrik Negara Diesel (PLTD) di berbagai wilayah, dan dikonversikan ke energi lainnya, seprti EBT,” sambung dia. Dari sisi populasi, urai Sahrijal, PLTD yang dapat dikonversi menjadi EBT jumlahnya mencapai 1.200 unit dan kWh terpasang jumlah dapat mencapai bisa menjadi 13 Giga Watt (GW).
Setidaknya ada beberapa jenis energi laut yang dapat dimanfaatkan, salah satunya yakni potensi energi listrik yang bersumber dari gelombang laut, panas laut dan arus laut.
“Jadi betapa banyak potensi-potensi energi laut yang dapat dimanfaatkan,” jelas dia.
Menurutnya ini merupakan langkah konkrit yang dilakukan oleh Puslitbang PLN Bersama stakeholder dalam memberikan masukan dan dukungan agar target bauran energi nasional dapat tercapai.
Sementara, Rofyanto Kurniawan Direktur Penyusunan APBN Kementerian Keuangan (Kemenkeu), menyampaikan dalam diskusi panel tersebut mengenai “Kebijakan Keuangan Negara dalam Proyek EBT”.
Indonesia sebagai negara yang mempunyai lebih dari 17.000 pulau, sangat berpotensi untuk dikembangkannya pembangkit lstrik tenaga energi laut.
Upaya mendorong EBT ini sangat besar dan membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Meski begitu pemerintah sangat siap memberikan dukungan terhadap pengembangan EBT yang dilaksanakan.
Sedang Rektor Institut Teknologi Perusahaan Listrik Negara (ITPLN) Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa M. K. ST menjadi salah satu moderator dalam diskusi panel mengenai TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri), Teknologi dan Infrastruktur.
Diakhir diskusi, prof Iwa menyampaikan bahwa semangat untuk mengembangkan pembangkit listrik energi laut ini sangat besar. Sehingga pembangkit ini menjadi salah satu yang harus dikejar untuk mencapai target bauran energi.