Jakarta, Portonews.com – Progres revolusi mental, yang diusung Presiden RI Joko Widodo sejak 2014, dinilai belum optimal. Bahkan boleh dikatakan gagal. Penilaian itu sebenarnya tidak berlebihan karena dalam waktu hampir 10 tahun revolusi mental belum memberikan hasil maksimal di segala bidang, termasuk dalam transisi energi. Demikian ditegaskan oleh Fahmy Radhi, pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Menurutnya, revolusi mental dibutuhkan dalam transisi energi yang bertujuan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 lantaran revolusi mental mendorong perubahan paradigma penggunaan energi bersih, yang ramah lingkungan.
“Syarat utama dalam pencapaian NZE adalah 0% karbon dari knalpot kendaraan bermotor, 0% karbon dari asap pabrik, dan 100% pembangkit listrik EBT,” kata Fahmy pada Portonews, Rabu (19/7/2023). Hingga kini pencapaian syarat itu masih sangat minim.
“Hampir 100% kendaraan bermotor masih menggunakan BBM fosil, lebih 90% pabrik masih menyumbang karbon dalam jumlah besar, dan sekitar 56% pembangkit listrik masih mernggunakan energi kotor batu bara,” terangnya. Untuk mempercepat memenuhi syarat itu, lanjutnya, perlu diterapkan revolusi mental lantaran dibutuhkan perubahan paradigma secara radikal untuk migrasi dari penggunaan energi fosil menjadi energi baru terbarukan (EBT).
Indonesia, tambah Fahmy, sesungguhnya memliki resources EBT yang berlimpah-ruah, di ataranya: Biothermal, Biomass, Biofuel, Tenaga Surya, Tenaga Angin, Micro Hydro. Energi Gelombang Laut, Energi Pasang Surut, Fuel Cell. Energi Sampah, dan Energi Nuklir.
“Masalahnya, selain belum adanya perubahan paradigma, Indonesia juga tidak memiliki teknologi untuk mengembangkan EBT. Agar tidak tergantung teknologi negara asing, ada urgensi untuk mengembangkan teknologi EBT secara mandiri,” beber Fahmy. Sebab kemandirian merupakan salah satu esensi revolusi mental.
“Penguasaan teknologi secara mandiri harus dilakukan melalui pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) anak bangsa dalam peningkatan kapabilitas teknologi (technological capability) EBT.
PT PLN (Persero) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjalin kerja sama untuk meningkatkan kapasitas SDM dan kapabilitas teknologi EBT,” terang Fahmy.
Upaya ini, imbuh Fahmy, merupakan penerapan revolusi mental untuk melakukan perubahan paradigma dan penguasaan teknologi EBT secara mandiri.
“Tanpa penerapan revolusi mental mustahil akan terjadi perubahan paradigma untuk migrasi dari energi fosil kotor ke EBT dan penguasaan tekonologi EBT secara mandiri. Mustahil juga tujuan transisi energi untuk mencapai NZE pada 2060 tercapai,” tegas Fahmy.