Diplomasi Sepak Bola Gus Dubes Tunisia
Jakarta, Portonews.com – Dubes Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi mengenal Tunisia sejak masih menuntut ilmu di Kairo, 1995-1999.
“Selain sosok besar Muhammad Thahir bin ‘Asyur, saya mengenal dua klub besar sepak bola Tunisia, yaitu Al-Tarajji dan Al-Nadi al-Ifriqi. Dua klub ini merajai sepak bola di kawasan Afrika Utara dan Timur-Tengah,” kata Gus Dubes, sapaan akrab Zuhairi pada Portonews, Selasa (15/1/2022). Buktinya, lanjut almunus Pesantren Al Amien Prenduan Madura ini, dalam Piala Arab yang digelar di Qatar kemarin, Tunisia berhasil mengalahkan Mesir yang dikenal Tim Nasional berjibun piala, dengan ikon Mohammad Salah, yang dikenal ciamik, menyihir bola mata kita.
Menurut penuturan Gus Dubes, setibanya di Tunis, dirinya tidak sabar untuk melihat langsung pembinaan sepakbola Tunisia untuk ditularkan pembinaan sepak bola nasional.
“Saya bermimpi suatu saat nanti, Tim Nasional kita melakukan pertandingan persahabatan dengan Tim Nasional Tunisia. Klub At-Tarajji dan Klub An-Nadi al-Ifriqi melakukan pertandingan persahabatan dengan Persib, Persija, Persebaya, Bali United, atau Madura United,” tegasnya penuh semangat.
Dia melanjutkan, “Sepintas saya melihat kedua klub besar Tunisia ini menekankan pada dua hal, yaitu pembinaan usia dini dan industri sepakbola. Saya melihat industri sepakbola dikelola dengan sangat baik, sehingga mampu menjadi pilar penyangga finansial klub. Namun, yang lebih menarik sesungguhnya adalah pembinaan usia dini dalam kedua klub. Mereka sangat mengandalkan para pemain dalam klub”.
Menurut Gus Dubes, pimpinan kedua klub sangat senang dan kaget melihat Dubes yang masih muda dan fasih berbincang tentang sepakbola. “Ya saya sering nonton klub-klub Tunisia selama kuliah di Kairo. Al-Tarajji dan Al-Nadi al-Ifriqi adalah tim-tim yang tangguh, sangat susah dikalahkan oleh dua klub
Terbaik Mesir, yaitu Ahly dan Zamalek. Saya ini Ahlawy,” ujar Gus Dubes seraya tertawa ngakak bareng pimpinan kedua klub, karena tahu sama tahu perihal persaingan di antara kedua klub Mesir.
Gus Dubes melanjutkan, “Yang membuat saya terharu, karena kedua sosok yang saya jumpai ini menyebut nama Bung Karno. Mereka masih terkesan dan bernostalgia perihal kebaikan Bung Karno dalam menginspirasi kemerdekaan Tunisia pada tahun 1956 dan perhabatan hangat antara Bung Karno dan Habib Bourgaiba”.
Dengan pertemuan tersebut, Gus Dubes makin mantab percaya bahwa diplomasi sepakbola akan menjadi pintu masuk untuk mendekatkan kembali hubungan dan persahabatan kedua negara.
“Jika ada pertandingan, kami akan undang Duta Besar untuk menonton di lapangan,” ujar Gus Dubes, menirukan ucapan pimpinan klub yang menawarkan undangan. Tak pelak, intelektual muda NU ini tersenyum simpul.
“Saya sangat senang untuk memenuhi undangan sembari nonton sepak bola sebagai salah satu hobi saya sejak masih kanak-kanak di kampung halaman dulu,” kenang santri yang aktif di Dapur Masak Sendiri (DAMASDIRI) ketika nyantri di almamaternya, Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep.