Jakarta, Portonews.com – Program yang menjadi lokomotif dan dikedepankan adalah sektor pertanian, perkebunan, perikanan, kelautan, kehutan sosial, ketahanan pangan, energi terbarukan serta digitalisasi, termasuk digitalisasi keuangan. Demikian diutarakan oleh Sekretaris Jenderal Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren) Reza Pahlevi Bakhtiar disela-sela acara peresmian kantar baru Hebitren di Kalideres Jakarta Barat pada Minggu (22/5/2022).
Program yang telah berjalan adalah pertanian berbasis green house di Pesantren Al Ittifaq, Ciwidei, Jabar. Pusat agronya di pesantren tersebut. “Ada 100 pesantren yang terlibat program ini,” kata Reza. Pertanian ini full menggunakan teknologi sehingga para santri yang hendak menanam, memberi pupuk atau menyiram cukup dengan menggunakan jari jempol saja. Kegiatan pertanian berbasis teknologi tersebut tentu tidak mengganggu proses belajarnya.
Bahkan pengembangan pertanian ini telah berkembang hingga ke Riau, Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Lampung.
Untuk sektor peternakan domba dikembangkan di Malingping, Banten. “Obsesinya kita ingin berdaulat di bidang daging kambing,” kata Reza, seraya menambahkan peternakan sapi, yang dikembangkan di Maluku.
Untuk sektor perikanan, Hibitren mengembangkan Ikan Haruan (Gabus) yang memengaruhi fluktuasi inflasi. Ikan yang populer di Kalimantan Selatan bisa mencapai Rp 150.000 per kg. “Pesantren Wali Songo menemukan teknologi pemijahan dan dikembangkan,” tandasnya. Bahkan Ikan Haruan dan ikan Patin ini diekspor ke Arab Saudi dan Australia.
Di Lampung, lebih difokuskan ke pengolahan hasil produk pertanian dan perkebunan. Termasuk kopi. Sedang di Muara Enim, Sumatera Selatan dikembangkan pertambangan batu bara.
Sedang untuk di NTB dikembangkan madu. Madu hutan. Termasuk membuat dua pilot project wood pellet, pengganti batu bara, di Banten.
Sedang di bidang energi terbarukan, khususnya tenaga surya. Tahun ini ada 5 pesantren yang dijadikan sebagai pilot project pengembangan energi surya. “Harapannya pesantren tersebut bisa menghemat pemakaian energi hingga 70 persen,” tandas Reza. Rencananya pesantren yang ditunjuk oleh pengurus DPP Hebitren ada di Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Selatan.
Gerakan ekonomi Hebitren ini rupanya juga mendapat support dari Bank Syariah Indonesia (BSI). Direktur Retail Banking BSI, Kokok Alun Akbar mengutarakan pihaknya siap untuk mendukung Habitren yang memang fokus mengembangkan ekonomi pesantren. “Apa yang dikembangkan Hebitren juga menjadi fokus BSI,” kata Kokok. Bentuk dukungannya ada beragam macam. Misalnya berupa model bisnis pengembangan ekonomi pesantren, baik pembiayaan maupun IT. Termasuk Kartu Santri dan lain semacamnya. Hal-hal tersebut yang bisa dikolaborasikan dengan Hebitren.
Saat ditanyakan tentang share profit, Kokok menyatakan, “Oh gak, gak. Kita punya platform. Dan platform itu bisa digunakan oleh teman-teman Hibitren. Tinggal nanti bagaimana IT teman-teman Hebitren bisa kita konekkan ke dalam IT kita”.
“Paling nanti bentuk kolaborasinya adalah dana-dana yang terhimpun di Hibitren ini ditampung di rekening yang ada di BSI,” lanjut Kokok.
Saat ini, lanjut Kokok, pihaknya sedang mengkonekkan IT nya. Namun secara individual pesantrennya, kata Kokok, pihaknya telah banyak melakukan kerjasama. “Ada 18.000 pesantren yang telah menjalin kerjasama dengan kita,” ungkapnya. Kerjasamanya bermacam-macam, yaitu bidang pembiayaan, Kartu Santri hingga transaksi dan penempatan dana serta pengembangan ekosistem pondok pesantren itu sendiri dan lain lainnya.