Jakarta, Portonews.com-Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI No 311.Pers/04/SJI/2020, sampai dengan akhir Oktober 2020 kapasitas (pembangkitan) sumber energi yang dihasilkan di Indonesia sebesar 70,96 Giga Watt (GW).
Terdiri dari 35,36 persen dari batu bara, lalu 19,36 persen dari gas bumi, dan 34,38 persen dari minyak bumi. Sementara itu, bauran energi Indonesia baru berkisar 10-11 persen dari keseluruhan penggunaan energi di Tanah Air.
Oleh sebab itu Indonesia membuat peta jalan menuju ke penggunaan EBT, dimana targetnya pada 2025, peran batu bara minimal adalah sebesar 30 persen dan target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) minimal sebesar 23 persen dan 31 persen pada tahun 2050.
Anggota Dewan Ekonomi Nasional, Satya Widya mengungkapkan, Indonesia bisa mencapai zero emission, bila pendapatan per kapita penduduk sudah tinggi.
“Syaratnya pertumbuhan ekonomi harus konsisten 6 persen per tahun. Kalau itu tercapai bisa 2040 sampai 2045 bisa tercapai zero emission,” katanya, dalam diskusi webinar ‘Pengembangan Energi Terbarukan Menuju Bauran Energi Nasional Tahun 2025’ yang digelar Chakra Giri Energi Indonesia, (17/11/2021).
Dia mengungkapkan, saat ini, sedang terjadi perubahan skenario dalam pengurangan emisi karbon dan penggunaan energi baru dan terbarukan. Skenario yang diubah adalah Peraturan Pemerintah tahun 2014.
“Penggantian ke energi terbarukan belum optimal, namun komitmen kebijakan sudah ada. Panas bumi, dan kebijakan khusus soal ekspor gas bumi, jadi penting,” ucapnya.
Tak dapat dipungkiri, bahan bakar fosil memang masih jadi yang diandalkan di Indonesia. Namun adanya pengurangan emisi bakal membuat Indonesia bisa menggunakan energi terbarukan secara optimal.