Jakarta, Portonews.com-Indonesia diperkirakan akan mengalami kelebihan pasokan gas alam cair (LNG) hingga 2030. Bahkan banyak dari rencana produksi LNG nasional belum memperoleh komitmen pembeli (uncommitted cargo) mulai 2020-2030 mendatang.
Namun sayangnya, hal tersebut dibarengi dengan penjualan LNG dalam negeri tahun 2020 mengalami penurunan akibat pandemi. Ada strategi yang dilakukan pemerintah guna meningkatkan konsumsi gas LNG di domestik.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves Basilio Dias Araujo mengatakan pasca pandemi, ada dua strategi yang dijalankan untuk domestik. Pertama bisa mengkonversi konsumsi LPG rumah tangga dengan penggunaan LNG jadi PGN akan segera mengembangkan jaringan gas perkotaan.
“Lalu PLN juga akan membantu penyerapan dengan mengkonversi pembangkit tenaga diesel menjadi menggunakan bahan bakar gas. Ini kapasitasnya cukup signifikan direncanakan akan mencapai 1.850 megawatt konsumsi gasnya juga akan banyak berasal dari yang ada di 56 lokasi. Itu cukup signifikan penyerapan gas domestik,” katanya, Rabu (17/2/2021).
Sedangkan untuk ekspor LNG, lanjut Basilio, akibat penurunan kegiatan ekonomi global karena pandemi Covid – 19. Basilio menjelaskan harapan dari vaksinasi akan mendongkrak perekonomian global sehingga demand gas bisa naik dan menyerap gas dari Masela dan lokasi lainnya.
Dia menjelaskan dari SKK Migas sendiri juga masih melihat perkembangan LNG global, walaupun untuk sementara prioritas LNG masih untuk pemenuhan domestik. Sedangkan ekspor 2021 masih akan mengantisipasi kenaikan dari demand pasca vaksinasi secara global.
“Kita siapkan semua skenario kalau permintaan baik tentu kita juga sudah siap,” ujarnya.
Dari pemberitaan sebelumnya, Pada 2021 jumlah pasokan LNG yang belum terikat kontrak dengan pembeli diperkirakan mencapai sekitar 20 kargo, lalu naik menjadi sekitar 30 kargo pada 2022, dan mulai meningkat signifikan pada 2026 mencapai sekitar 160 kargo dan lebih dari 200 kargo pada 2030 mendatang.