Jakarta, Portonews.com – Keputusan Pertamina untuk membeli LNG/ Liquefied Natural Gas (gas alam cair) dari Mozambik dengan kontrak 20 tahun merupakan keputusan blunder. Pasalnya, LNG di dalam melimpah-ruah, mengapa harus impor dalam jangka panjang, yang semakin membebani defisit neraca migas. Harga murah dan qualitas lebih baik bukan alasan yang tepat untuk meutuskan membeli LNG Mozambik dalam jumlah besar dengan kontrak jangka panjang. Demikian diungkapkan Fahmy Radhi, pengamat ekonomi energi dari Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta.
“Ada dugaan mafia migas dibalik keputusan blunder tersebut, yang menangguk rente atas pembelian LNG Mozambik. Kalau benar ada permainan mafia migas, keputusan Pertamina membatalkan kontrak pembelian LNG sudah sangat tepat,” kata Fahmy pada Portonews, Selasa (12/1/2021).
Dengan demikian, lanjutnya, pembatalan itu merupakan koreksi atas keblunderan keputusan sebelumnya. “Keputusan itu sekaligus untuk menghentikan mafia migas dalam pemburuan rente atas impor LNG dari Mozambik,” cetus Fahmy.
Untuk menghindari gugatan atas pembatalan tersebut, imbuh Fahmy, Pertamina perlu melakukan berbagai lobby ke Mozambik agar tidak berbuntut gugatan di Arbitase International.
“Kalau lobby gagal, Pertamina tak perlu gentar menghadapi gugatan tersebut. Dengan menyertakan lawyers handal dan argumentasi kuat bisa jadi Pertamina memenangkan gugatan Mozambik. Salah satu argumennya adalah keputusan kontrak pembelian LNG lebih dipengaruhi oleh mafia migas sehingga merugikan Pertamina,” tegas Fahmy.