Jakarta, Portonews.com – Saat ini terdapat dua macam pengangguran di Indonesia. Pertama, pengangguran terbuka atau warga Indonesia yang sama sekali tidak bekerja, yang jumlah kenaikannya cukup pesat. Kedua, pengangguran terselubung. Demikian diungkapkan oleh Ekonom Senior Institute for Develompent of Economics and Finance (INDEF), Didik J Rachbini.
“Jumlah dua kategori pengangguran ini sangat besar, hampir 30 juta,” kata Didik, beberapa waktu lalu. Pengangguran terbuka atau warga Indonesia ini, kata Didik, sama sekali tidak bekerja, yang jumlah kenaikannya cukup pesat. “Dengan adanya Covid ini pengangguran itu bertumbuh dari sekitar 7 juta menjadi 10 (juta) hampir 11 juta orang. Jadi 3-4 juta meningkat. Itu pengangguran terbuka,” ujar Didik
Sedang pengangguran terselubung ini dia definisikan sebagai orang-orang yang tidak sepenuhnya menganggur. Tapi masih bekerja beberapa jam dalam kurun waktu satu pekan lamanya.
“Orang-orang yang dalam survei satu minggu yang lalu (ditanya), ‘kamu bekerja enggak?’ Bekerja. ‘Seminggu berapa jam?’ Dua jam tiga jam. Itu pengangguran terselubung,” ucap Didik.
Karena itu, Ketua Dewan Pengurus Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) ini meminta negara, dalam hal ini pemerintahan Presiden Joko Widodo, untuk memberikan kebijakan yang serius membantu dan memperbaiki keadaan ekonomi masyarakat.
Sebab disamping itu, ada sektor informal yang menurut Didik, jumlahnya naik dari 45-50 persen menjadi 60 persen. Hal ini menegaskan banyaknya orang yang kehilangan kerja dan harus memilih aktif di sektor informal yang pemasukannya tidak pasti.
“Apa sektor informal? (Misalnya) dia jualan yang tidak bermutu, pendapatannya rendah, jam kerjanya rendah, semuanya rendah. Jadi sekarang kita menghadapi hal-hal yang betul-betul riskan,” paparnya.
“Maka kita harus prihatin, negara dan lingkungan sekitar harus berupaya mengatasi ini. Itu keadaannya,” ungkap Didik.