Berada ditengah sebuah danau vulkanik terbesar di dunia, Pulau Samosir menjadi salah satu pulau terunik yang dimiliki Indonesia.
Dilansir dari laman indonesia.go.id, terbentuknya Danau Toba dan Pulau Samosir akibat letusan gunung berapi maha dahsyat sekitar 69.000 sampai 77.000 tahun lalu dengan skala 8.0 Volcanic Explosivity Index (VEI).
Letusan dengan Skala 8.0 VEI bisa digambarkan sebagai letusan supervulkanologi yang sangat dahsyat yang memuntahkan lebih dari 1000 km3 material letusan dengan ketinggian letusan mencapai 50km. Saat itu bumi berada di suhu sangat rendah. Hal ini dikarenakan letusan yang mencapai lapisan toposphere dan stratosphere bumi.
Usai bencana alam tersebut, pesona alam pulau dengan luas 63.000 hektar ini mulai muncul ke permukaan. Tentunya, tidak kalah indah dengan Danau Toba. Mari mengagumi Samosir dari sini.
Tiba di bandara Kualanamu, wisatawan dapat menempuh perjalanan darat kurang lebih empat sampai lima jam untuk bisa sampai ke Pulau Samosir. Ditambah lagi, wisatawan harus menyeberang ke Pulau Samosir.
Ada tiga jalur perairan yang dilewati melalui Danau Toba, diantaranya melalui Pelabuhan Ajibata ke Pelabuhan Tomok, kemudian Tigaras menuju Simanindo, serta dari Muara menuju Nainggolan.
Namun, bagi wisatawan yang tidak ingin melewati jalur perairan, boleh juga menempuh perjalanan darat, yakni melalui jembatan yang dibangun pada masa penjajahan Belanda. Jika wisatawan memilih jalur ini, akan melalui Jalan Tele, dimana jalan tersebut menghubungkan Samosir dengan Kabupaten Humbang Hasundutan.
Perjalanan mungkin terasa melelahkan, tetapi rasa itu terbayar lunas dengan pemandangan indah menyejukkan mata, menyambut kedatangan para wisatawan.
Obyek wisata Danau Toba memang menjadi ikon Samosir, hanya saja tidak cukup bila wisatawan hanya berkutat memandangi danau ini. Ada beberapa destinasi wisata wajib dikunjungi selama wisatawan berada di sini.
“Obyek wisata di Kabupaten Samosir sungguh banyak, disamping keindahan panorama Danau Toba, antara lain Menara Tele, Pusuk Buhit, Pantai Pasir Putih Parbaba, Danau Sidihoni, serta air terjun,” kata anggota DPRD Kabupaten Samosir Komisi III, Batahan Siringoringo, SE, MM, saat berbincang dengan PORTONEWS, (17/12/2020).
Perjalanan wisata kali ini pun dimulai dari Menara Tele. Bila ingin menikmati keindahan Danau Toba dan Pulau Samosir wisatawan disarankan mengunjungi destinasi itu. Alasannya karena Menara Tele merupakan tempat paling sempurna untuk melihat panorama pegunungan serta desa-desa kecil di lembahnya.
Wisatawan dapat beristirahat di sini sambil menikmati segelas teh jahe atau segelas kopi dari warung kecil di dekat menara. Menara Tele terletak di pegunungan Bukit Barisan, dengan jarak tempuh 16 kilometer dari Pangururan menggunakan kendaraan bus atau mobil.
Puas memandangi Danau Toba, beralih ke Pusuk Buhit. Obyek wisata ini tidak lain adalah bukit yang memiliki nilai sakral bagi masyarakat Samosir. Kesakralan tersebut tampak dari banyaknya peninggalan yang ada di bukit itu.
Sebuah kisah mewarnai kawasan yang dianggap sebagai asal muasal orang Batak ini. Legenda bercerita, masyarakat Pusuk Buhit, orang Batak merupakan keturunan manusia setengah dewa, yaitu Siraja Odap-odap dan Siboru Panujar yang menurunkan pasangan pertama manusia Batak di Pusuk Buhit.
Ada versi beredar di masyarakat, dulunya Siraja Batak bersama pasangannya yang bernama Raja Ihat dan Itam Manisia yang menjadi leluhur Siraja batak tersebut membangun sebuah perkampungan pertama Batak di antara Lembah Sagala dan Lembah Lintong Maulana. Dan kampung itu dikenal dengan nama Sigullati. Tidak lama kemudian beliau membuka kampung baru lagi yang diberi nama Sianjur Mula-Mula.
Saat berkunjung ke destinasi ini, wisatawan disuguhkan pemandangan indah dengan oksigen melimpah dari kawasan perbukitan. Jalan berliku, memutari bukit menjadi pengalaman tersendiri manakala wisatawan singgah ke Pusuk Buhit. Bonusnya, wisatawan bisa melihat panorama Danau Toba dari jarak jauh.
Mari melanjutkan perjalanan ke Pantai Pasir Putih Parbaba. Pantai ini terletak di Desa Parbaba Dolok, Kabupaten Samosir. Obyek wisata itu dapat ditempuh sekitar 40 menit perjalanan dari Tuktuk Siadong atau 20 menit dari Pangururan,
“Obyek wisata paling diminati di Samosir adalah Pantai Pasir Putih dengan segala wahana permainannya,” ucap Batahan, yang juga menjadi pemerhati pariwisata dan lingkungan ini.
Tidak hanya hamparan pasir putih di sepanjang pantai, pemandangan lain yang juga mencolok di kawasan tersebut adalah jajaran bukit dan perairan Danau Toba sungguh memesona. Banyak aktivitas bisa dilakukan jika berkunjung ke pantai ini.
Berenang atau bermain air boleh dilakukan sepanjang tidak melewati batas yang telah ditentukan oleh pihak pengelola pantai. Kalau tidak ingin berenang, wisatawan dapat mencoba wahana permainan air seperti, banana boat atau donat boat.
Melanjutkan destinasi wisata lainnya, yaitu Danau Sidihoni. Bagi wisatawan yang baru menginjakkan kaki di Samosir, mungkin terkejut bila mengetahui ada danau di atas danau. Ya, itulah julukan bagi Danau Sidihoni.
Danau ini terletak di Kecamatan Ronggur Ni Huta dan sekitar 9 kilometer dari Pangururan. Danau dengan luas kurang lebih lima hektar tersebut dikelilingi gunung hijau serta pepohonan pinus. Jangan sampai melewatkan pemandangan matahari terbenam dari danau ini.
Di samping itu, terkadang warna dari permukaan danau sering berubah. Perubahan warna itu pun menurut penduduk setempat diartikan sebagai pertanda akan ada kejadian besar di Indonesia.
Selanjutnya, wisata alam tak boleh terlewatkan adalah air terjun. Air terjun Effrata, terletak 15 kilometer dari Pangururan, tepatnya berada di desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian. Jajaran pohon pinus dan padi menambah keindahan air terjun itu.
Kemudian, air terjun Naisogop. Air terjun ini merupakan tempat yang tepat untuk berenang, menikmati percikan air terjunnya atau hanya untuk sekedar beristirahat melihat landscape perbukitan desa Sianjur.
Selama pandemi Covid-19 ini, Batahan mengakui, kondisi pariwisata di Samosir sangat buruk, karena semua obyek wisata ditutup dan secara otomatis tidak ada wisatawan yang datang. Namun, dengan melihat kondisi terbaru yang ada saat ini, perlahan obyek wisata kembali dibuka.
“Dalam masa new normal, DPRD mendorong dinas terkait agar dapat memulai aktivitas wisata dengan menerapkan protokol kesehatan, Juga membuka segala pintu masuk ke Samosir, baik melalui darat maupun melalui Danau Toba (kapal ferry), yaitu Sipinggan, Tomok, Simanindo, Onan Runggu dan Ambarita dengan menerapkan protokol kesehatan,” ungkap pria kelahiran Nainggolan, 8 April 1962 ini.
Meski demikian, dalam pengembangan wisata di Samosir masih kurang memadai untuk sarana dan prasarana, semisal terkait dengan terbatasnya waktu menggunakan transportasi kapal ferry. Hal tersebut diharapkan menjadi catatan bagi dinas terkait agar dapat membenahi destinasi wisata Samosir. Selamat berlibur!