PORTONEWS
Advertisement
  • Home
  • Ekonomi
    • Keuangan
    • Infrastruktur
    • Transportasi
  • Bisnis
    • Pernik
    • Digital
    • Pariwisata
  • Oil & Chemical Spill
  • Migas & Minerba
  • Peristiwa
    • Internasional
    • Nasional
  • Lingkungan Hidup
  • Profil
  • Galeri
    • Galeri Foto
    • Galeri Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
    • Keuangan
    • Infrastruktur
    • Transportasi
  • Bisnis
    • Pernik
    • Digital
    • Pariwisata
  • Oil & Chemical Spill
  • Migas & Minerba
  • Peristiwa
    • Internasional
    • Nasional
  • Lingkungan Hidup
  • Profil
  • Galeri
    • Galeri Foto
    • Galeri Video
No Result
View All Result
PORTONEWS
No Result
View All Result
Home Potret

Kopi untuk Migas

Di satu sisi, mungkin tidak banyak orang mengetahui seperti apa proses tata kelola industri migas, kecuali para ahli di bidangnya. Bahkan, bagi orang awam membahas tentang migas akan terasa berat.

by Ratih Kusumawanti
Senin, 30 November 2020 17:56
Kopi untuk Migas
5.144

Jakarta, Portonews.com-Tak dipungkiri, sektor migas masih menjadi penyumbang devisa terbesar bagi perekonomian Indonesia. Meskipun dalam perjalanannya, saat ini migas bukan lagi jadi sumber penerimaan negara yang utama, namun sektor tersebut tetap perlu dikelola dengan baik dan memerlukan sebuah penciptaan inovasi dan teknologi baru untuk saat ini dan masa mendatang.

Di satu sisi, mungkin tidak banyak orang mengetahui seperti apa proses tata kelola industri migas, kecuali para ahli di bidangnya. Bahkan, bagi orang awam membahas tentang migas akan terasa berat.

Hal ini kemudian menjadi perhatian Gesit Prawatiningsih atau yang biasa di panggil Gesit. Keinginan terbesarnya adalah bisa mengenalkan dunia migas kepada banyak orang, khususnya untuk generasi baru kaum milenial. Hal ini bukan perkara mudah, karena dunia migas cenderung lebih banyak dihiasi oleh para pekerja yang terkesan serius.

Hingga pada suatu kondisi, akhirnya ia memutuskan membuka sebuah kedai kopi yakni, Migas Coffee Gallery (MCG), pada tahun 2017 silam bekerjasama dengan Koperasi Prima Daya Migas (KPDM). Keputusannya membuat kedai kopi dengan mengangkat jenis menu utama kopi single origin, selain untuk mengenalkan negeri Indonesia melalui kopinya (local scope), juga didasari oleh beberapa hal yang ia pikirkan sebelumnya.

“Saya ingin melalui secangkir kopi ini bisa enggak sih kita mengenalkan tentang dunia migas dengan cara kekinian. Maksudnya dengan cara yang santai buat anak muda jaman sekarang. Saya tau dunia migas karena kebetulan saya sekolah di jurusan Teknik perminyakan,” kata Gesit yang juga menjadi founder MCG, saat berbincang dengan PORTONEWS, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Lulusan S2 Energi Magister Business Administration, Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, mencoba melakukan kolaborasi kopi dan migas, karena menurut Gesit, keduanya merupakan komoditi besar yang ada di Indonesia dan orang Indonesia harus tau terutama buat anak anak muda jaman now.

“Akhirnya saya mencoba melihat seperti ini. Ada komoditi migas Indonesia, yang merupakan salah satu bagian dari energi. Menurut saya Kopi itu juga energi. Kita semua tau bahwa di zaman sekarang ini, kopi sudah menjadi lifestyle, dan kalo sudah “ngopi bareng” rasanya komunikasi itu menjadi lebih cair, saat ini “ngopi” banyak dijadikan sebagai sebuah sarana untuk terkoneksi dan berkolaborasi  dengan banyak orang. Tapi tahu enggak sebenernya energi yang lebih besar itu ada dimana? menurut saya ada sebuah energi yang lebih besar dari keduanya yaitu energi dari people. Didalam diri seseorang itu ada energi, dimana energi tersebut jika dikolaborasikan menjadi energi positif dan bisa menjadi sebuah motivasi dan kemanfaatan yang lebih besar buat negeri,” ujar wanita kelahiran Cimahi, 9 Februari 1981 ini.

Ada latarbelakang tersendiri, manakala Gesit mendirikan kedai kopi tersebut. Dia menjadikan MCG sebagai sebuah wadah untuk melakukan transformasi budaya koordinasi, menjadi tempat berkumpul yang nyaman untuk meeting, makan, dan minum. Suasana tempat yang di harapankan juga dapat menjadi jendela informasi tentang migas Indonesia dan sarana branding baik untuk dunia migas dan juga kopi Indonesia.

MCG dipersembahkan untuk generasi muda dan generasi yang berjiwa muda, diantaranya  pelajar atau mahasiswa yang ingin memahami tentang industri migas dan seperti apa kerja di dunia migas.

Bila berkunjung ke MCG, customer akan melihat ada lukisan di dinding menggambarkan ikon atau gambar yang ada di industri migas dari hulu ke hilir. Misalnya, gambar pompa angguk dipakai untuk kegiatan hulu migas. Kemudian, ada pom bensin artinya hilir migas. Lalu, kilang minyak yang merupakan proses pengolahan minyak mentah menjadi produk yang bisa digunakan oleh masyarakat. Menurut Gesit, ini bukan sekadar gambar, tapi merupakan sebuah story dari dunia migas.

Sama halnya dengan gelas yang digunakan di MCG juga dihias dengan simbol-simbol khas migas. Dari gambaran itu, diharapkan ada ketertarikan atau paling tidak muncul rasa penasaran pengunjung untuk mencari informasi tentang migas.

“Ketika saya masuk di dunia kopi saya melihat banyak proses yang dihargai dari secangkir kopi. Di dunia kopi terasa sekali penggabungan antara art dan science. Kolaborasi keduanya bisa menciptakan sebuah cita rasa yang disukai semua orang. Bagaimana jika didunia migas kita juga mampu menggabungkan art, science, plus design and engineering pastinya akan hadir penciptaan sebuah teknologi baru untuk dunia migas,” ucap Co Founder HR Migas Community (HRMC).

Gesit melanjutkan, teknologi sendiri merupakan ciptaan dari manusia, jika manusianya tidak dibangun untuk bisa menciptakan inovasi, bagaimana kita bisa mendapatkan sebuah teknologi baru. Demikian pula dengan ide-ide yang fresh harus diekspose, karena siapa tahu ide-ide yang tersebut bisa menjadi inspirasi atau motivasi bagi orang lain.

“Kalau anak muda ini dikasih ruang untuk ber-eksplorasi, saya yakin banyak ide baru untuk membuat suatu usaha atau kreatifitas baru. Jadi, mereka nantinya tidak hanya bisa bekerja, tapi bisa membuat sesuatu untuk sektor migas,” jelas alumni Universitas Trisakti jurusan Teknik Perminyakan.

Analis penggunaan tenaga kerja migas yang saat ini banyak melakukan analisa kemampuan produk dalam negeri sektor Minyak dan Gas, Direktorat Jenderal Migas, Kementerian ESDM ini mengatakan, banyak nilai dari dunia kopi ini yang ingin ia masukkan ke dunia migas.

“Banyak nilai kehidupan dari kopi itu dan saya bawa ke dunia migas. Migas ini suatu hal yang diperlukan untuk menopang seluruh aspek industri yang ada di Indonesia. Bagaimana kita menghargai itu sebagai komoditi yang perlu terjaga keberlangsungannya,” tuturnya.

Gesit mempunyai mimpi lain dalam mengembangkan MCG, yakni membuat perpustakaan. Walaupun sudah era digital, namun ada sesuatu hal konvensional yang tetap ingin ia pelihara, salah satunya adalah buku.

“Saya ingin teman – teman di industri migas bisa bercerita mengenai berbagai kasus di sektor migas dan how to solve the problem, kalo di buat buku atau didokumentasikan, siapa tau 10 tahun lagi akan ada case yang sama berulang kembali dan bisa menjadi referensi buat teman-teman yang bekerja dikegiatan operasi migas. Saya ingin menjadi bagian dalam membangun perubahan pola pikir baru dari anak-anak muda Indonesia masa depan melalui dunia migas” tutupnya dengan nada semangat.

Related

Edisi Terakhir Portonews

LEBIH MUDAH DENGAN APLIKASI PORTONEWS :

ADVERTISEMENT
  • Peta Situs
  • Tentang Kami
  • Alamat
  • Redaksi
  • Informasi Iklan dan Berlangganan
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Info Karir

Copyright © 2020 PORTONEWS

No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
    • Keuangan
    • Infrastruktur
    • Transportasi
  • Bisnis
    • Pernik
    • Digital
    • Pariwisata
  • Oil & Chemical Spill
  • Migas & Minerba
  • Peristiwa
    • Internasional
    • Nasional
  • Lingkungan Hidup
  • Profil
  • Galeri
    • Galeri Foto
    • Galeri Video

Copyright © 2020 PORTONEWS

Translate »