Jakarta, Portonews.com-Cina berhadapan lagi dengan pandemi baru yang menyerang warganya. Setelah memakan korban meninggal dunia akibat penyakit pes bubonic di kawasan Mongolia Dalam, pemerintah setempat lantas mengisolasi Desa Suji Xincun, Distrik Damao Banner, yang merupakan rumah dari pasien meninggal dunia tersebut.
Wabah pes ini sebelumnya sudah ada sekitar abad pertengahan, di mana 50 juta orang di Eropa meninggal karena terjangkit pes atau bubonic. Wabah tersebut kemudian diketahui menjadi penyebab pandemi paling mematikan dalam sejarah manusia, yakni fenomena Black Death. Penyakit itu ditularkan oleh tikus yang terinfeksi melalui kutu ke manusia.
Lalu, seperti apa gejala yang muncul bila manusia terkena penyakit tersebut?
Berdasarkan keterangan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), orang yang terkena pes bubonic akan mengalami pembengkakan kelenjar getah bening yang terasa menyakitkan di bawah lengan, leher, atau di selangkangan.
Ada beberapa gejala yang dapat diidentifikasi saat terinfeksi pes bubonic seperti, demam dan menggigil, kelemahan ekstrim, sakit perut, diare, muntah, pembengkakan kelenjar getah bening, pendarahan kulit, hidung atau mulut.
Gejala pes bubonic bisa muncul usai masa inkubasi dalam satu hingga enam hari. Dikutip dari laman resmi CDC, tanpa pengobatan bakteri dapat menyebar ke bagian tubuh lain.
Sementara itu, penularan bubonic antar manusia jarang terjadi, tetapi bakteri penyebab pes bubonic bisa menyebabkan penyakit lain seperti septikemia dan pneumonik. Pasien septikemia umumnya mengeluhkan gejala demam, kedinginan, kelemahan ekstrem. Sedangkan, pasien pneumonik mengalami gejala demam, sakit kepala, lemas, pneumonia yang menyebabkan sesak napas nyeri dada dan batuk.