Jakarta, Portonews.com – Bagi Sita Tyasutami, pasien 01 Virus Korona (Covid-19) di Indonesia, bertarung melawan Covid-19 tentunya bukan hal yang mudah sekaligus menjadi pelajaran penting.
Pasalnya, tak hanya soal fisik yang diserang virus, namun kondisi psikis juga turut mempengaruhi keadaan yang harus dilaluinya. Terlebih lagi, ketika semua mata tertuju padanya setelah ia di vonis menjadi pasien pertama positif Covid-19 di Indonesia.
Sita mengaku banyak teror dari media massa maupun orang-orang tak dikenalnya melalui jejaring sosial media dan aplikasi chat yang ia miliki. Mereka berlomba menggali lebih jauh tentang apa, kapan dan bagaimana Sita tertular virus SARS-CoV-2 yang disinyalir berasal dari Kota Wuhan, Tiongkok.
Beban pikiran hingga stres semakin menjadi-jadi ketika kasusnya mulai banyak disebut di televisi, koran maupun media daring lainnya. Tentunya itu yang membuat diri dan mentalnya semakin ciut.
Usaha penyembuhan yang sudah dilakukan Sita seakan sia-sia, energi sirna, dirinya kembali drop. Hingga akhirnya dia putuskan untuk tidak melihat televisi, tidak bersosial media dan membatasi diri dengan alat perangkat komunikasi lainnya.
Sita yang awalnya hampir menang melawan Covid-19, mendadak drop karena batinnya tertekan dan merasa depresi. Namun pada suatu ketika, ia mulai menyadari bahwa menghadapi Covid-19 dan status Pasien 01 adalah soal dua pilihan, yakni mau berfikir negatif atau positif.
“Kita memiliki dua pilihan. Kita bisa mengambil dan melihat semuanya secara negatif atau melihat semua secara positif,” kata sita pekan lalu di Media Center Gugus Tugas, seperti ditulis (12/05).
Ia mengatakan, pikiran positif menjadi faktor terbesar dalam upaya penyembuhan dan pemulihannya dari Covid-19. Pikiran yang stres dan depresi dapat melemahkan imunitas yang berdampak pada kerentanan tubuh. Sebaliknya, dengan berpikiran positif, maka tubuh seakan merespon bentuk baik itu sehingga Covid-19 dapat ditaklukan.
“Karena itu kan menurunkan imune system, ya. Jadi, memang akhirnya gejala-gejala yang sudah hilang, kembali lagi,” jelasnya.
Sita mulai menggunakan waktu sebaik mungkin ketika melakukan isolasi mandiri dengan kegiatan yang disukai dan menjadi rutinitas sehari-hari.
“Di saat saya bisa (berpikiran) positif dan saya mulai semangat untuk sembuh, saya di dalam isolasi saya melakukan yoga, olahraga sedikit-sedikit, saya menari, saya nyanyi, semua saya lakukan aktif,” ungkapnya lirih.
Dalam kondisinya yang sedang berjuang itu, ia juga mendapat dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat. Banyak yang akhirnya membujuk Sita untuk membuat sebuah kampanye positif kepada orang-orang agar tidak panik dan dapat melakukan upaya pencegahan Covid-19.
Bagi Sita bentuk support itu menjadi penting. Dia tidak bisa terus menerus mengurung diri dan membiarkan stres menguasai dirinya. Lantas, atas saran dari keluarga yang diterima Sita justru berdampak sangat baik. Berangsur-angsur ia mulai bangkit dan menegakkan pemulihan kesehatan.
“Tapi emang kemudian saya bisa ambil positifnya, karena memang dari dukungan keluarga yang bilang, Oke, Sita ini sudah terlanjur semua orang tahu kita gunakan ini positive campaign, untuk mengurangi kepanikan di masyarakat. Baru, akhirnya saya bisa mengaktifkan kembali social media saya dan saya ubah mindset saya untuk melakukan hal yang positif terus, gitu bagi keluarga, maupun bangsa Indonesia,” imbuh Sita terharu.
Segala upaya telah dilakukannya demi menang melawan virus yang dia dapatkan dari kasus impor atau imported case. Dengan selalu berpikiran positif dan semangat yang tinggi serta dukungan dari orang-orang terdekat, akhirnya Sita mampu menaklukan virus yang menginfeksi tubuhnya.
Bagi Sita, terinfeksi virus corona jenis baru itu tentunya bukan harapan bagi dirinya dan setiap orang. Terpapar Covid-19 juga bukanlah sebuah aib.
Semua itu bukan pilihan bagi semua orang. Namun yang perlu dipahami adalah virus SARS-CoV-2 ini tidak memandang siapapun. Setiap orang berpotensi tertular.
Oleh sebab itu, Sita berharap agar semua orang dapat bergotong royong untuk memutus rantai penularan Covid-19 dengan tetap di rumah saja dan menjalankan anjuran pemerintah, menerapkan protokol kesehatan dan selalu berpikiran positif.
“Ini saatnya kita kembali gotong royong dari rumah masing-masing untuk sama-sama memutus rantai penyebaran virus Covid-19 tandas Sita.