Jakarta, Portonews.com – Singapura menjadi negara pertama di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) yang terperosok ke jurang resesi ekonomi atau mengalami pertumbuhan ekonomi minus dalam dua kuartal berturut-turut. Resesi ekonomi terjadi karena Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura mengumumkan data awal pertumbuhan ekonomi akan turun 41,2 persen pada kuartal II 2020 dari kuartal I 2020.
Sementara secara tahunan, ekonomi juga akan terkontraksi 12 persen. Penurunan itu lebih dalam dibandingkan kuartal I 2020 yang minus 0,7 persen.
Diketahui, pertumbuhan ekonomi di negara-kota itu menciut 41,2 persen jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, yang merupakan kontraksi terbesar Singapura selama ini.
Sejumlah pejabat memprediksi resesi ini bakal menjadi resesi terburuk Singapura sejak merdeka dari Malaysia, pada 1965 lampau.
Data resmi menunjukkan produk domestik bruto (PDB) Singapura pada kuartal kedua 2020 menciut 12,6 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebagai salah satu negara pertama yang merilis data pertumbuhan pada masa ketika banyak negara memberlakukan karantina wilayah, angka-angka dari Singapura menampilkan gambaran bagaimana pandemi bisa mempengaruhi ekonomi di seluruh dunia.
Angka-angka yang lebih buruk dari perkiraan semula ini mengikuti tren penurunan PDB yang pada kuartal pertama lalu menyusut 2,2 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya, dan menurun 10,6 persen dibanding kuartal sebelumnya.
Penurunan ini juga mengindikasikan pandemi mungkin berdampak lebih dahsyat terhadap ekonomi Singapura ketimbang negara-negara Asia lainnya.
Melorotnya perdagangan global telah menimpa sektor manufaktur Singapura yang bergantung pada ekspor, sementara aktivitas industri konstruksi mandek dan para peritel menyaksikan jatuhnya taraf penjualan dalam laju ekstra cepat.
Apakah resesi Singapura berdampak pada Indonesia? Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah, tidak melihat dampak besar dari resesi Singapura di tengah wabah pandemi Covid-19. “Memang Singapura mempunyai posisi yang sangat dekat dengan perekonomian Indonesia. Baik itu dari sisi perdagangan, maupun dari sisi investasi,” katanya, Kamis (16/7/2020).
Di Indonesia, lanjutnya, semuanya sudah menurun pada saat wabah Covid-19 berlangsung. Tepatnya sejak triwulan kedua dari bulan Maret.
Bahkan, lanjut dia awal tahun ekspor Indonesia sudah turun, lalu investasi PMA juga turun. Artinya walaupun semua pihak bicara Singapura negara yang sangat dekat dengan pereknomian Indonesia.
“Akan tetapi proses penurunan itu sudah terjadi, sehingga apa yang sekarang ini sudah terefleksikan dalam bentuk resesi yang ada di Singapura. Dan kalau menurut saya tidak lagi berdampak besar karena sudah terjadi penurunan itu,” tandas dia.