PORTONEWS
Advertisement
  • Home
  • Ekonomi
    • Keuangan
    • Infrastruktur
    • Transportasi
  • Bisnis
    • Pernik
    • Digital
    • Pariwisata
  • Oil & Chemical Spill
  • Migas & Minerba
  • Peristiwa
    • Internasional
    • Nasional
  • Lingkungan Hidup
  • Profil
  • Galeri
    • Galeri Foto
    • Galeri Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
    • Keuangan
    • Infrastruktur
    • Transportasi
  • Bisnis
    • Pernik
    • Digital
    • Pariwisata
  • Oil & Chemical Spill
  • Migas & Minerba
  • Peristiwa
    • Internasional
    • Nasional
  • Lingkungan Hidup
  • Profil
  • Galeri
    • Galeri Foto
    • Galeri Video
No Result
View All Result
PORTONEWS
No Result
View All Result
Home Keuangan dan Portfolio Pariwisata

Saatnya Mandi Uap

Selain berguna sebagai pembangkit listrik, serta untuk kebutuhan rumahtangga, energi panas bumi juga dijadikan obyek wisata alam.

by Ratih Kusumawanti
Senin, 30 November 2020 14:37
Saatnya Mandi Uap

Kawah Kamojang-Foto: pergidulu.com

4.000

Jakarta, Portonesw.com-Jika merunut sejarah keberadaan energi panas bumi di Indonesia tidak terlepas dari peran kolonial Belanda, dimana saat itu seorang peneliti Franz Wilhelm Junghuhn menuliskan amatannya atas 23 sumber air panas dalam Java, deszelfs gedaante, bekleeding en inwendige struktuur (1854).

Seperti dilansir dari laman geomagz.geologi.esdm.go.id, pada Februari 1926, Volcanologische Onderzoek mengadakan pengeboran eksplorasi di lapangan fumarola Kawah Kamojang. Tahun tersebut lantas dijadikan titik awal upaya pengeboran eksplorasi panas bumi pertama di Hindia Belanda.

Setelah diperkuat dengan hasil penelitian Pusat Survei Geologi Hindia Belanda yang mengadakan pemetaan gunung api berikut lapangan solfatara dan fumarolanya antara tahun 1900-1914. Dalam eksplorasi pada 1926, beberapa lubang di Kawah Kamojang menghasilkan geofluida, yaitu uap dan air panas.

Ingin tahu lebih banyak mengenai Kawah Kamojang yang terletak di perbatasan antara Garut dan Bandung ini? Berikut ulasannya.

Kawah Kamojang berada di sekitar Gunung Gajah gugusan Gunung Guntur Bandung, tepatnya masuk dalam kawasan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang. Dilihat dari wilayah administratif, destinasi wisata ini ada di Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Memasuki gerbang masuk Kawah Kamojang, hamparan pohon-pohon hijau mengelilingi taman wisata ini siap menyambut para wisatawan. Hal ini tentunya membuat wisatawan terasa dekat dengan alam.

Di area seluas 10 hektar ini, terdapat 23 sumur panas bumi yang tersebar di beberapa titik. Namun, ada empat sumur yang bisa dilihat langsung oleh wisatawan, diantaranya, Kawah Manuk, Kawah Berecek, Kawah Kereta Api dan Kawah Hujan.

Ada alasan mengapa kawah-kawah tersebut diberi nama yang unik. Kawah Manuk, misalnya. Manuk merupakan Bahasa Sunda yang jika diartikan dalam Bahasa Indonesia mengandung arti burung. Pada kawah tersebut mengeluarkan suara seperti burung. Ditambah lagi, area kawah Manuk adalah jalur pelintasan burung-burung di sekitar kawasan wisata tersebut.

Kawah Manuk terletak di sebelah kiri sebelum pintu masuk. Saat memasuki area ini, wisatawan langsung disambut oleh aroma belerang sangat menyengat di kawah itu. Disarankan bagi wisatawan yang ingin berswafoto untuk menggunakan masker.

Selanjutnya, Kawah Berecek. Jika dilihat dari penampakannya, kawah ini terlihat seperti danau yang mengering terbakar oleh uap. Kemudian, Kawah Hujan. Kawah tersebut tidak terlihat sama seperti kawah-kawah lainnya.

Kawah ini dapat mengeluarkan uap panas dan cipratan air yang bermanfaat untuk terapi kesehatan. Kawah Hujan pun seolah-olah menjadi sauna alami bagi orang-orang yang berkunjung dan ingin merasakan sensasi mandi uap di tengah alam.

Selanjutnya, Kawah Kereta Api. Kawah ini mengeluarkan suara uap seperti kereta api atau lokomotif. Lokasinya berada di tengah kawasan Taman Wisata Kamojang. Kawah ini mempunyai sejarah tersendiri karena dibangun pertama kali pada masa kolonial Belanda.

Berdasarkan cerita dari salah satu juru kunci Kawah Kereta Api, awalnya pemerintah Belanda melakukan pengeboran di tahun 1918. Namun, di papan informasi tercatat 1926. Belanda pun memerintahkan para pekerja paksa mengebor hingga kedalaman 60 meter untuk mendapatkan panas bumi.

Suara uap yang seperti suara kereta api itu rupanya berasal dari tekanan panas bumi. Kawah ini tergolong berbahaya, oleh sebab itu dikelilingi oleh pagar besi agar wisatawan tidak terlalu dekat dengan Kawah Kereta Api.

Obyek wisata yang dikelola oleh Pertamina Geothermal Energy itu, menyediakan berbagai fasilitas bagi para wisatawan. Pihak pengelola memberikan fasilitas berupa kamar mandi air panas yang harganya terjangkau.

Kemudian, ada toilet-toilet umum tersebar di beberapa sudut, mulai dari area kawah hingga di tempat parkir. Nah, untuk lokasi parkirnya pun terbilang luas. Sementara, jika wisatawan lelah selepas berjalan melihat kawah-kawah, tersedia beberapa gazebo maupun tempat duduk yang bisa dijadikan tempat beristirahat.

Bagi wisatawan yang tidak membawa makanan atau mungkin merasa lapar saat berkeliling kawah jangan khawatir, karena ada warung-warung yang menyediakan makanan, termasuk telur dimana biasa dipakai sebagai atraksi saat wisatawan mencoba merebusnya di salah satu kawah yang ada.

Tak ketinggalan, demi menjaga lingkungan sekitar tetap bersih, pengelola meletakkan banyak tempat sampah supaya wisatawan tidak membuang sampah sembarangan.

Untuk menuju Kawah Kamojang ada dua rute yang bisa diambil oleh pengunjung. Rute pertama yaitu melalui rute Bandung-Majalaya-Ibun-Kamojang. Tetapi kini sudah tersedia jalan alternatif dengan melewati Kamojang Hill Bridge. Sementara untuk rute lainnya bisa melalui Garut, Samarang, Kamojang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Related

Edisi Terakhir Portonews

LEBIH MUDAH DENGAN APLIKASI PORTONEWS :

ADVERTISEMENT
  • Peta Situs
  • Tentang Kami
  • Alamat
  • Redaksi
  • Informasi Iklan dan Berlangganan
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Info Karir

Copyright © 2020 PORTONEWS

No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
    • Keuangan
    • Infrastruktur
    • Transportasi
  • Bisnis
    • Pernik
    • Digital
    • Pariwisata
  • Oil & Chemical Spill
  • Migas & Minerba
  • Peristiwa
    • Internasional
    • Nasional
  • Lingkungan Hidup
  • Profil
  • Galeri
    • Galeri Foto
    • Galeri Video

Copyright © 2020 PORTONEWS

Translate »