Sejatinya perjalanan hidup sesorang tidak terlepas dari sejauhmana ia berproses dan memaknai kehidupan itu sendiri.
Bambang Hendroyono adalah satu dari sekian banyak orang-orang yang berhasil menjalani proses kehidupan, mulai dari nol hingga sekarang berada di puncak karirnya sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Ya, perjalanan karir Bambang memang terbilang panjang. Ia mengawali karir di KLHK, dimana dahulu bernama Departemen Kehutanan, sejak 18 November 1987. Saat itu posisinya masih sebagai tenaga honorer pada Seksi Sertifikasi, Balai Informasi dan Sertifikasi Hasil Hutan (BISHH) Wilayah VI Pontianak. Dua tahun kemudian, dia diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) pada Maret 1989.
“Delapan tahun kemudian, tepatnya tanggal 1 Juli 1997, saya mendapat promosi sebagai Kepala Seksi Penanaman dan Pemeliharaan Hutan, Direktorat BPH, Ditjen Pengusahaan Hutan. Selang 4 tahun kemudian pada tanggal 1 Mei 2001, saya diberi amanah untuk menjadi Kepala Bagian Tata Usaha Pimpinan di Biro Umum setelah sebelumnya menjadi Kepala Sub Bagian Protokol di Bagian tersebut,” kata Bambang, kepada PORTONEWS, melalui surat elektronik (e-mail), beberapa waktu lalu.
Alumni Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 1987 itu, kembali bercerita bahwa ia dimutasi dan beberapa kali pindah divisi, mulai dari Biro Perencanaan dan Keuangan, lalu ke Biro Kepegawaian, dan kembali lagi ke Biro Umum sebagai Kepala Bagian Rumah Tangga. Barulah, pada 23 Mei 2008, dia diberi amanah untuk menjabat sebagai Kepala Biro Umum.
Waktu pun berlalu, tepatnya 12 Januari 2012, Bambang dipercaya menjadi Sekretaris Ditjen Bina Usaha Kehutanan (sekarang Ditjen PHPL). Setelah itu, menjadi Dirjen Bina Usaha Kehutanan pada tanggal 26 Juli 2012.
Belum genap tiga tahun menjabat sebagai Dirjen Bina Usaha Kehutanan, setelah melalui proses lelang jabatan, akhirnya dia terpilih sebagai Sekretaris Jenderal KLHK sejak tanggal 26 Mei 2015 hingga saat ini.
Bambang menyadari, bekerja di pemerintahan adalah kesempatan baginya untuk dapat mengabdikan diri kepada negeri ini, khususnya di instansi yang yang memang sesuai dengan bidang keilmuannya, yakni sektor kehutanan.
Selain beragam jabatan karir yang diamanatkan kepadanya, dia juga diberi kesempatan oleh pimpinan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan, serta penugasan lainnya. Hal ini sebagai wujud meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dirinya sebagai seorang rimbawan. Itulah yang menyebabkan Bambang memiliki motivasi memberikan yang terbaik, tidak hanya bagi hutan, melainkan juga negeri tercinta.
Berada di puncak karirnya, Bambang selalu berupaya memberikan contoh baik kepada para stafnya. Bahkan, seringkali ia datang lebih awal dan pulang lebih larut, sekitar pukul 21.00 – 23.00 WIB untuk menyelesaikan tugas-tugas yang prioritas harus diselesaikan.
“Saya harus menggemakan keteladanan, bagaimana cara meningkatkan kinerja pemerintah karenanya kita harus selalu berada di depan. Dalam bertugas saya ingin menjalankan amanat melayani sepenuh hati. Jadi, konsepnya kita sosialisasikan melayani sepenuh hati ke seluruh jajaran Kementerian LHK,” ujarnya.
Jadi, pantaslah bila Bambang memperoleh buah manis dari hasil kerjanya selama ini. Banyak peristiwa tak terlupakan sepanjang ia berkarir di KLHK. Beragam bentuk penghargaan dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta berhasil dia raih bersama timnya.
“Bagi saya, peristiwa yang tidak terlupakan selama saya mengabdi di KLHK adalah memperoleh penghargaan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sebagai TOP 9 Pejabat Pimpinan Tinggi Madya Teladan Tingkat Nasional (JPT AWARD 2017) atas pengabdian dan inovasi, serta dedikasi yang telah diberikan untuk pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan,” ungkapnya.
Penghargaan lainnya adalah saat kebijakan Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK) mendapatkan penghargaan TOP 40 Inovasi Pelayanan Publik 2018 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Perlu diketahui, SILK juga menjadi satu-satunya inovasi pelayanan publik wakil dari Indonesia yang dikirim oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ke OECD dalam Kompetisi “Observatory of Public Sector Innovation” tingkat dunia. Inovasi SILK merupakan rangka solusi untuk menjawab tantangan global perdagangan kayu ilegal dan merupakan platform online pertama di dunia untuk penerbitan dokumen penjaminan legalitas kayu.
“Sebagai pejabat pembina kepegawaian, saya memiliki harapan agar ASN-ASN KLHK menjadi transglobal leaders. Konsep kepemimpinan transglobal lebih saya dalami saat saya mengikuti pendidikan doktor (S3) di Universitas Brawijaya, Malang, dimana konsep ini menjadi topik disertasi doktoral saya. Kepemimpinan transglobal adalah kepemimpinan berdasarkan kecerdasan, dan ini berbanding lurus dengan produktivitas,” jelas Bambang.
Menurut Bambang, kepemimpinan berlandaskan spiritual, intelektual, emosional, ditambah inteligensia global, bisnis dan sosial budaya, mampu meningkatkan produktivitas hutan secara ekonomis, efektif dan efisien.
“Hal inilah yang saya bangun. Karena pemimpin yang memiliki enam kecerdasan itu, akan menciptakan lima perilaku. Pertama, pemimpin itu akan tahan terhadap ketidakpastian. Kedua akan membangun tim kolaborasi untuk menyelesaikan tantangan pekerjaan. Ketiga, dia akan bersifat fleksibel pragmatis, dan empatinya luar biasa terhadap sesama. Keempat adalah visioner, respons prespektif ke masa depan. Kelima, dia mempersiapkan pemimpin berikutnya berorientasi pada talenta,” paparnya.
Bambang tidak ragu untuk selalu mengingatkan sebagai seorang ASN harus mempunyai integritas moral. Integritas moral inilah yang pada akhirnya menjadi modal bagi ASN bekerja dengan ikhlas, jujur dalam segala hal dan bertanggungjawab. x