Jakarta, Portonews.com– Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT), Arie Prasetyo mengatakan, destinasi wisata super prioritas Danau Toba dipersiapkan untuk menerima semua wisatawan dari berbagai kalangan, tak terkecuali wisatawan muslim.
“Wisatawan adalah tamu kita dan kita terima sebaik-baiknya dengan menyiapkan fasilitas yang memadai agar bisa menambah confident bagi wisatawan muslim,” kata Arie, di acara Forum Group Discussion (FGD) yang diikuti PORTONEWS, bertema Pengembangan Destinasi Super Prioritas Danau Toba Berbasis Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat, diselenggarakan Yayasan Sahala Panggabean Nasari (SAPARI) Akademi Pariwisata (Akpar) ULCLA, (10/10/2020).
Dalam acara tersebut juga dihadiri, Odo R.M. Manuhutu Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Dr. Frans Teguh, MA Staf Ahli Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif Bidang Pengembangan Berkelanjutan & Konservasi, Pdt. Dr. Martongo Sitinjak (Kepala Departemen Koinonia HKBP), Dr. Ir. Johnny Walker Situmorang, MS (Ketua Komunitas Samosir Maju), perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara, Sahala Panggabean, MBA Founder Akademi Pariwisata ULCLA dan Ketua Pembina Yayasan Sapari, Prof. Dr. Ir. Santun R. P. Sitorus (Pakar Agro Bisnis IPB), Dr. Emrizal, S.Sos, MT (Direktur Pascasarjana Poltekpar Medan), serta Frans Meroga Panggabean, MM, MBA Pembina Yayasan Sapari Akademi Pariwisata ULCLA.
Arie menjelaskan, berdasarkan data BPS, ada 260 ribu wisatawan berkunjung ke Danau Toba di tahun 2019. Sedangkan, BPODT menargetkan 300 ribu kunjungan wisatawan di tahun 2020.
Menurut Arie, 50 persen wisatawan yang datang ke Sumatera Utara berasal dari Malaysia. Meskipun negeri jiran tersebut tidak semuanya muslim, tapi mayoritas penduduknya adalah muslim.
“Jadi yang kami lakukan adalah mensosialisasikan pada pemilik hotel, paling tidak meminta pihak hotel menyediakan petunjuk kiblat dan sajadah di kamar, dengan begitu para tamu yang muslim merasa nyaman dan diterima,” ujar Arie menjawab pertanyaan dari PORTONEWS.
Dia mengungkapkan, kendala yang terjadi di lapangan hanya satu, yaitu fasilitas. Banyak wisatawan muslim yang berkunjung ke Samosir, namun hanya singgah beberapa jam saja. Hal ini dikarenakan kurang lengkapnya fasilitas yang disediakan seperti di restoran tidak tersedia mushola.
“Kita bekerjasama dengan MUI dalam hal sertifikasi. Sudah ada beberapa restoran yang menyajikan menu halal, jadi harapannya mereka bisa tinggal lebih lama, menginap, dan makan. Tidak ada salahnya juga ada masakan batak yang halal sehingga bisa menjadi wisata ramah muslim. Keberagamannya kita tambah dalam paket wisata,” tambahnya.
Desa Wisata
Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Odo R.M. Manuhutu mengungkapkan, pembangunan destinasi wisata Danau Toba dilakukan pemerintah dengan melibatkan masyarakat setempat membangun desa wisata.
Ada 118 desa yang ada di kawasan Danau Toba. “Desa wisata melibatkan masyarakat setempat ada 118 di kawasan Danau Toba pelan-pelan kita bangun untuk alternatif destinasi wisata,” ujarnya.
Berdasarkan usulan dari tiga Kabupaten, ditetapkan Pengembangan 10 Desa Wisata. Diantaranya, Desa Pearung, Desa Tipang, Desa Marbun Toruan, Desa Sigapiton, Desa Meat, Desa Tarabunga, Desa Lintong Ni Huta, Desa Huta Ginjang, Desa Huta Nagadong, dan Desa Dolok Matumbur.
Frans Meroga Panggabean Pembina Yayasan Sapari Akademi Pariwisata ULCLA menambahkan, pelibatan masyarakat bisa dicombain dengan teknologi supaya mengembangkan diversifikasi minat khusus, serta harus mempunyai modal sosial yang kuat dari dan untuk masyarakat.