Jakarta, Portonews.com– Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) meminta Pemerintah Indonesia mulai memikirkan penggunaan plastik oganik untuk menutup tubuh jenazah pasien Covid-19. Langkah ini penting untuk menyelamatkan bumi dari sampah plastik.
Kantong plastik (dan jenis plastik lainnya) sulit terurai di tanah karena rantai karbonnya yang panjang, sehingga sulit diurai oleh mikroorganisme. Kantong plastik akan terurai ratusan hingga ribuan tahun kemudian. Kantong plastik yang diklaim ramah lingkungan pun akan terurai lama dan tetap akan menjadi sampah. Terlebih lagi karena sifatnya yang cepat terurai menjadi mikro plastik, akan lebih mudah untuk mencemari lingkungan.
Walhi melihat pemakaian plastik terhadap tubuh jenazah pasien Covid-19 ini sebagai upaya untuk mengatasi masalah pemindahan tubuh jenazah agar tidak ada kontaminasi bagi petugas medis maupun penggali kubur. Jenazah pasien Covid-19 sengaja dibungkus plastik sebagai upaya pencegahan penularan (kontaminasi) ketika proses pemindahan dari kamar jenazah ke kuburan.
“Kalau jenazah ini mau gak mau karena soal etis di Indonesia. Ditempat lain ada yang dikremasi. Bisa saja plastiknya dicopotkan dari tubuh jenazah ketika dimasukan ke dalam tanah. Namun jenazah sengaja di plastikan agar petugas medis tidak terkontaminasi. Sebenarnya ada jenis bahan organik sejenis plastik, tapi kami belum tahu tersedia di pasar Indonesia untuk lembaran besar atau tidak? Kalau ada plastik berbahan organik, bisa menggunakan itu kalau tersedia di pasar,’tutur pengkampanye energi dan perkotaan Walhi Nasion Dwi Sawung kepada Portonews,Minggu (26/4/2020) di Jakarta.
Dimungkinkan Kremasi
Sawung mengingatkan tidak tertutup kemungkinan jika pasien Covid-19 yang meninggal dunia, maka jenazahnya akan dikremasikan.” Kalau nanti korbannya lebih banyak lagi tampaknya kremasi tidak terhindarkan,”cetus Sawung mengingatkan Pemerintah.
Hal lain yang perlu diperhatikan,lanjut Sawung,adalah masalah penangan masalah sampah alat pelindung diri dari plastik. Apalagi untuk orang dalam pemantauan (ODP) yang sedang melakukan isolasi mandiri. “Sampah alat pelindung diri (APD) dari plastik jadi problem juga. Apalagi yang ODP atau isolasi mandiri . Ini perlu diperhatikan Pemerintah,” tukas Sawung.
Sawung menekan ada dua hal penting dalam penanganan pasien Covid-19. Pertama, yakni ketika pasien wafat maka proses pembungkusan mayat pasien Covid-19 sebaiknya pakai plastik ramah lingkungan.Kemudian yang kedua,adalah masalah sampah infektus plus jarum suntik agar ditangani dengan baik. “Sampah sisa-sisa botol infus dimusnahkan memakai autoclave. Sedangkan sisa jarum suntik dimasukkan ke dalam larutan garam,dimusnahkan Semua rujmah sakit yang ada labnya dan ruang operasi punya autoclave dan, biasa digunakan untuk sterilisasi peralatan,” papar Sawung.