PORTONEWS
Advertisement
  • Home
  • Ekonomi
    • Keuangan
    • Infrastruktur
    • Transportasi
  • Bisnis
    • Pernik
    • Digital
    • Pariwisata
  • Oil & Chemical Spill
  • Migas & Minerba
  • Peristiwa
    • Internasional
    • Nasional
  • Lingkungan Hidup
  • Profil
  • Galeri
    • Galeri Foto
    • Galeri Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
    • Keuangan
    • Infrastruktur
    • Transportasi
  • Bisnis
    • Pernik
    • Digital
    • Pariwisata
  • Oil & Chemical Spill
  • Migas & Minerba
  • Peristiwa
    • Internasional
    • Nasional
  • Lingkungan Hidup
  • Profil
  • Galeri
    • Galeri Foto
    • Galeri Video
No Result
View All Result
PORTONEWS
No Result
View All Result
Home Covid-19

Tren Bersepeda di Tengah Pandemi, Pemerintah Harus Siapkan Jalur Khusus

by Ratih Kusumawanti
Sabtu, 4 Juli 2020 13:33
Tren Bersepeda di Tengah Pandemi, Pemerintah Harus Siapkan Jalur Khusus
11.970

Jakarta, Portonews.com – Trend masyarakat bersepeda meningkat, bersepeda dianggap lebih aman, meningkatkan imun terhadap tubuh di masa pandemi. Namun baru sebatas bersepeda untuk berolah raga, belum membudaya bersepeda untuk aktivitas keseharian.

Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno, mengatakan, tren bersepeda tengah naik daun di masa pandemi ini. Minat bersepeda meningkat, terutama di kota-kota besar saat penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar PSBB).

Menurutnya, bersepeda menjadi budaya baru masyarakat perkotaan di Indonesia. Di Jakarta meningkat hingga 10 kali lipat. Survey oleh Menurut The Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), meningkat 1000 persen saat PSBB di Jakarta dibanding bulan Oktober 2019.

“Hal serupa juga terjadi di sejumlah kota lainnya, seperti Yogyakarta, Semarang, Surakarta, Bandung, Surabaya. Penjualan sepeda juga turut meningkat dan pembeli harus antri untuk mendapatkannya. Industri sepeda turut menggeliat, urung melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK),” jelasnya kepada Portonews, (04/07).

Lantas mengapa sepeda menjamur sekarang.?

Dikatakan olehnya, sepeda adalah entitas unik yang memiliki identitas. Sepeda adalah lambang kebebasan, karena rentang pelayanan pergerakannya. Sepeda (relatif) tidak menuntut financial power yang besar. Sepeda kental berdimensi (aspek) kesehatan (Harmein Rachman, Juni 2020).

Ia mengatakan, terdapat beberapa jenis jalur sepeda untuk dilalui dan dibuat oleh pemerintah baik pusat dan daerah.

Foto istimewa

“Pertama, jalur sepeda (bike path). Jalur Sepeda tidak berbagi ruas wilayah dengan pergerakan kendaraan lain, dapat bersama/terpisah dengan pejalan kaki. Jalur diperkeras (disemen, paving) lebar 1,5 meter. Lokasi dapat dibangun sepanjang tepi jalan raya (jika lebar jalan memungkinkan), sempadan sungai (jalur inspeksi), jalur hijau rel kereta api (urban park connector),” imbuhnya.

Kedua, lajur sepeda (bike lane). Lajur Sepeda berbagi ruas wilayah dengan pergerakan kendaraan lain dan pergerakan manusia, bertumpangan dengan ruas jalan atau pedestrian. Jika lebar lebih dari 6 meter, rapi, pedestrian dapat digunakan untuk pejalan kaki dan sepeda. Jika tidak, Lajur sepeda di tepi kiri jalan, dicat selebar 1,5 meter, warna tegas (rekomendasi dengan warna hijau).

Sementara, lanjutnya, ketiga, rute sepeda (bike route). Jalur Sepeda yang dikembangkan di kawasan perumahan, perkantoran, terpadu (super blok). Jalur sepeda cukup dipasang rambu dan marka sepeda untuk petunjuk pesepeda di titik-titik strategis, seperti persimpangan jalan, bangunan yang menyediakan parkir sepeda.

“Memperbanyak penyediaan parkir sepeda yang berkualitas. Penyediaan parkir sepeda, baik parkir sepeda gratis dan/atau sewa, seperti di sekolah, kampus, stasiun, pasar, pusat perbelanjaan, perkantoran, tempat ibadah dan tempat rekreasi. Menyediakan informasi terkini tentang lokasi-lokasi parkir sepeda yang ada dan yang akan dibangun,” ujarnya.

Evolusi bike sharing

Seiring dengan perkembangan penggunaan sepeda yang meningkat dan kemajuan teknologi informasi, kata Djoko, pemanfaatan teknologi informasi sudah dapat dilakukan untuk bike sharing. Pada generasi pertama, masih manual, tanpa teknologi, lokasi bebas dan sepeda tidak tahan lama. Bisa jadi juga ada kehilangan sepeda. Membutuhkan kejujuran bagi yang menyewa sepeda.

“Generasi kedua, dengan sistem koin, sepeda disimpan di stasiun, spesifikasi sepeda unik dari sepeda umumnya. Jika kehilangan, sepeda mudah ditemukan, karena bentuknya beda dengan sepeda pada umumnya. Generasi ketiga, sudah high-tech, menggunakan kartu cerdas (smart card) dengan RFID yang bisa menyimpan identitas pengguna. Meminimalkan kehilangan sepeda, karena identitas sudah tersimpan. Struktur biaya yang mendorong perjalanan pendek,” tuturnya.

Saat ini, jelas Djoko, seperti di Beijing (Tiongkok) beroperasi 11 pelaku bisnis bike sharing. Salah satu faktor yang mendorong berkembangnya jumlah pengguna sepeda di Beijing adalah terpenuhinya fasilitas yang diperlukan, yaitu jalanan di Kota Beijing terdapat trotoar yang cukup luas dan juga terdapat jalur khusus untuk pengguna sepeda baik itu sepeda konvensional, sepeda listrik dan juga motor listrik dan tidak terdapat pedagang kaki lima di sepanjang trotoar yang membuat jalanan di Kota Beijing terlihat rapi.

“Dengan lebar jalur sekitar 2 meter, pengguna transportasi ramah lingkungan itu dapat tenang melintas. Bahkan, di beberapa jalan di Kota Beijing, beberapa jalur sepeda diberi pembatas pagar besi,” jelas Djoko.

Selama dua tahun terakhir, lanjutnya, Pemerintah Kota Beijing serius mengembalikan kejayaan sepeda, sehingga banyak pengusaha startup seperti OFO dan Mobike yang memanfaatkan kesempatan untuk dapat menyediakan fasilitas persewaan sepeda menggunakan sistem bike sharing.

Bike sharing merupakan sistem persewaan sepeda menggunakan bantuan aplikasi scan barcode untuk dapat menggunakan sepeda. Terdapat beberapa stasiun pemberhentian sepeda dari berbagai penyedia jasa di berbagai sudut Kota Beijing. Pembayaran sewa sepeda dapat dilakukan hanya dengan top up melalui aplikasi penyedia jasa biaya yang dikeluarkan 1 Yuan (Rp 2.000) per jam.

Jalur bike sharing di Kota Beijing terpisah-pisah sebanyak 11 penggalan ruas jalan dengan total sepanjang 53,5 km. Ada jalur khusus untuk sepeda sepanjang 6,5 km. Jalur ini khusus untuk pesepeda konvensional, bahkan pengguna sepeda listrik dilarang memasuki jalur tersebut. Hal ini dilakukan untuk memangkas waktu tempuh para pesepeda.

Menurut situs Pememerintah Kota Melbourne, hingga kini jaringan sepeda di kota ini mencapai 170 km. Tahun 2014, panjang jalur sepeda mencapai 135 km dan bertambah 7 km setiap tahunnya. Hingga sekarang sudah mencapai 20 persen dari total pergerakan kendaraan dalam kota di pagi hari.

Setiap jalur sepeda yang dikembangkan melibatkan partisipasi aktif dari warga Melbourne. Untuk menjaring aspirasi warga , Pemerintah Kota Melbourne menyebarkan brosur supaya warga bisa urun pendapat membangun kota sepeda yang disalurkan melalui situs Pemerintah Kota.

Hal yang sama sebenarnya sudah dimulai bisni sejenis di Jakarta, yakni yang diusahakan Grab dengan otoped listrik. Jalur sepeda tidak harus untuk pesepeda, namun dapat digunakan sepeda listrik.

Related

PORTONEWS EDISI CETAK JANUARI 2021

ADVERTISEMENT
  • Peta Situs
  • Tentang Kami
  • Alamat
  • Redaksi
  • Informasi Iklan dan Berlangganan
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Info Karir

Copyright © 2020 PORTONEWS

No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
    • Keuangan
    • Infrastruktur
    • Transportasi
  • Bisnis
    • Pernik
    • Digital
    • Pariwisata
  • Oil & Chemical Spill
  • Migas & Minerba
  • Peristiwa
    • Internasional
    • Nasional
  • Lingkungan Hidup
  • Profil
  • Galeri
    • Galeri Foto
    • Galeri Video

Copyright © 2020 PORTONEWS

Translate »