Jakarta, Portonews.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, dirinya bakal mengambil langkah tegas untuk diberlakukannya kepada para petinggi lembaga negara dan para menteri.
Hal tersebut diketahui dalam rapat Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara beberapa waktu lalu, Jokowi berkata dengan nada tinggi, sementara menampilkan wajah yang merasa kecemasan terhadap bangsa Indonesia, setelah rekamannya diunggah ke akun YouTube Sekertariat Presiden pada Minggu (28/06).
Menurutnya, di tengah pendemi Covid-19 (virus Korona) para menteri dan petinggi lembaga negara tidak bekerja dengan maksimal terhadap apa yang dilakukannya, jangan biasa-biasa saja atau linier.
Jokowi sudah menunjukkan kekecewaannya saat baru mulai membuka rapat. Ia mengatakan bahwa tiga (3) bulan ke belakang hingga saat ini adalah masa krisis akibat pandemi Korona, tetapi masih ada anggota kabinet yang bekerja biasa-biasa saja.
“Kita juga mestinya semua yang hadir di sini sebagai pimpinan, sebagai penanggung jawab, kita yang berada di sini bertanggung jawab pada 260 juta rakyat Indonesia. Tolong digarisbawahi, dan perasaan itu tolong kita sama. Ada sense of crisis yang sama,” ungkap Jokowi, sebagaimana ditulis (28/06).
Berdasarkan penuturan pihak Organisation for Economic Co-operation and Development beberapa waktu lalu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengingatkan bahwa perekonomian dunia terkontraksi minus 6 hingga 7,6 persen. Sementara, lanjutnya, Bank Dunia pun sudah minus 5 persen.
Namun demikian, dirinya melihat masih ada anggota kabinet yang tidak khawatir sehingga bekerja biasa-biasa saja. Tidak ada tindakan luar biasa untuk mengantisipasi krisis.
“Jangan biasa-biasa saja. Jangan linear. Jangan menganggap ini normal. Bahaya sekali,” tegas Jokowi.
“Saya melihat masih banyak kita yang menganggap ini normal. Saya lihat masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa enggak punya perasaan,” sambungnya.
Jokowi menegaskan bahwa kondisi saat ini diperlukan tindakan luar biasa atau extraordinary. Jangan sampai terhambat hanya oleh peraturan. Ia seolah tidak mau mendengar alasan semacam itu.
Dia mengaku tidak keberatan untuk kembali mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) maupun Perpres agar upaya-upaya penanggulangan krisis akibat pandemi Covid-19 bisa optimal.
Begitu pun para menteri. Dirinya meminta agar anggota kabinet tidak sungkan untuk mengeluarkan Peraturan Menteri untuk memudahkan pengambilan kebijakan yang sifatnya luar biasa.
“Saya harus ngomong apa adanya. Enggak ada progress. Signifikan enggak ada. Kalau minta Perppu, saya buatin lagi Perppu asalkan untuk rakyat untuk negara saya pertaruhkan reputasi politik saya,” paparnya.
Kemudian, Ia menyinggung Kementerian Kesehatan yang baru saja mencairkan 1,53 persen anggaran. Padahal, anggaran yang diberikan sebesar Rp75 triliun. Jokowi sangat menyayangkan hal itu dan meminta agar lekas digunakan.
Jokowi juga mengingatkan soal stimulus ekonomi. Dia meminta agar bantuan-bantuan segera diberikan kepada sektor mikro, kecil, menengah hingga industri padat karya agar tidak terjadi krisis yang lebih besar.
“Mereka menunggu semua. Jangan biarkan mereka mati dulu baru kita bantu. Enggak ada artinya. Usaha mikro, kecil, menengah, gede, perbankan, semuanya. Terutama yang padat karya. Beri prioritas pada mereka supaya tidak ada PHK. Jangan PHK gede-gedean, duit serupiah belum masuk ke stimulus kita,” ungkap Jokowi.
Jokowi kembali mengingatkan, dirinya bisa saja mengambil langkah yang tidak biasa, misalnya membubarkan lembaga negara atau mengganti menteri. Itu semua bisa dilakukan untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Langkah-langkah itu pun sudah dipikirkannya.
“Saya membuka yang namanya langkah-langkah, entah langkah politik, entah langkah pemerintahan akan saya lakukan untuk 267 juta rakyat kita, untuk negara,” kata Jokowi tegas.
“Bisa saja membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran kemana-mana saya. Kalau suasana ini bapak ibu tidak merasakan itu, sudah artinya tindakan-tindakan yang keras akan saya lakukan,” tandasnya tegas.