Jakarta, Portonews.com – Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati membantah keras adanya privatisasi di perusahaan minyak dan gas yang dikomandaninya. “Kita tidak lakukan privatisasi. Tidak ada itu,” kata Nicke dalam satu web seminar/ webinar pada Minggu (26/7/2020).
“IPO yang artinya menjual saham perusahaan ke publik,” kata Nicke.
Menurut Nicke, pihaknya memang melakukan restrukturisasi seiring dengan tuntutan zaman. Pasalnya, arah perusahaan minyak dan gas bumi (Migas) global di dunia juga melakukan hal yang sama. Sebut saja misalnya Petronas, BP, ExxonMobil dan PTTEP
Begitu pun soal IPO di sub holding Pertamina juga tengah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan migas dunia. Misalnya Petronas, BP, ExxonMobil dan PTTEP.
Nicke juga mengutarakan bahwa restrukturusasi Pertamina dilakukan dengan harapan agar perusahaan ini dapat berlari kencang menggapai kemajuan. “Kalau dulu struktur badan perusahaan gemuk. Sekarang kita rampingkan sehingga dapat berlari cepat,” katanya.
Pihaknya, lanjut Nicke, sedang mengembangkan secara paralel antara sektor hulu dan hilir. “Tidak berjalan sendiri-sendiri tapi secara simultan,” katanya. Diakuinya, sumur-sumur yang dikelolanya adalah sumur tua yang tentu membutuhkan dana pembiayaan yang juga besar.
Untuk memperoleh dana pembiayaan, pihaknya juga mengembangkan kilang. Dia tidak menampik bahwa pengembangan kilang ini pun juga mendapat kritikan tajam karena pada saat ini demand minyak global sedang turun.
“Pengembangan kilang harus terus dilakukan karena kita harus memenuhi peningkatan kualitas BBM dari Euro 2 ke Euro 5,” ujarnya.
Disamping itu, dilakukan pengembangan bisnis produk turunan Petrokimia menjadi bahan baku farmasi, seperti Paracetamol. Hal ini dilakukan oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sebagai Subholding Refinery and Petrochemical dari PT Pertamina (Persero) bersinergi dengan PT Kimia Farma Tbk.
Nicke menjelaskan sesuai arahan Pemerintah untuk mengurangi impor bahan baku farmasi, Pertamina telah menetapkan bahwa produk Petrokimia menjadi business line yang menjadi andalan di masa depan ketika terjadi transisi energi.
“Untuk itu, Pertamina mencoba identifikasi peluang untuk masuk pada bahan baku farmasi dan logistik. Dan gayung bersambut dengan Kimia Farma dan kita sudah melakukan penjajakan. Kami berterima kasih atas support Pemerintah,” ujarnya.
Menurut Nicke, secara teknis Pertamina telah melakukan kajian awal proyek dan selanjutnya kolaborasi bersama Kimia Farma untuk diformulasikan dalam bentuk perjanjian kerja sama. Untuk mendukung realisasinya, Kilang Cilacap sudah dipersiapkan dan salah satunya untuk pengolahan Petrokimia menjadi bahan baku farmasi.
Setelah di Kilang Cilacap, tutur Nicke, dapat dilanjutkan di kilang lainnya dengan skala dan jenis yang lebih banyak lagi, karena salah satu fokus bisnis Pertamina di masa depan adalah Petrokimia. Sebagai holding, Pertamina akan mengawal proses ini agar dapat terwujud sesuai harapan Pemerintah.