Jakarta, Portonews.com – Bangunan rumah sederhana itu tidak begitu besar. Terkesan luas. Cukup untuk dipergunakan sebagai rumah produksi mengolah camilan, semisal keripik, kerupuk dan jajanan. Terletak di Desa Talun Jaya Karawang, Jawa Barat. Sabtu pagi (24/10/2020) suasana di tempat workshop milik Nurchaeti terdengar riuh-rendah bunyi beradunya mesin vacuum frying atau penggorengan dan mesin pengiris pisang. Hanya sesekali terdengar obrolan ringan khas para ibu-ibu, selebihnya mereka disibukkan dengan pola kerja masing-masing.
Ada satu-dua orang yang sedang mengiris-ngiris pisang tanduk dengan mesin pengiris. Lainnya, ada yang sedang memasukkan irisan-irisan pisang ke vacuum frying. Ada pula yang mengemas irisan-irisan pisang selepas digoreng.
Meskipun proses pengolahannya tampak sederhana tetapi siapa sangka aneka keripik buah (pisang, nangka, singkong dan nanas) dan kerupuk dari home industry ini di tangan Nur, sapaan akrab mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menembus pasar internasional seperti Brunei Darussalam, Paris, Perancis, Belanda, Belgia, hingga Dubai dan Qatar. Bahkan keripik nangka organik olahannya menjangkau pasar Jerman. Apa rahasia suksesnya?
Trend mengonsumsi makanan organik dan jajanan ramah lingkungan membuka peluang bisnis yang menjanjikan. Apalagi di tengah pandemi Corona Virus (Covid-19), yang memaksa orang mengalihkan pola hidup dan konsumsinya pada hal-hal yang bersifat organik dan ramah lingkungan.
Namun jauh sebelum virus yang pertamakali muncul di Kota Wuhan, Cina, pada Desember 2019, mewabah, perempuan yang pernah memproduksi roti manis ini telah mengekspor keripik nangka organik ke Jerman.
Pada Juli 2016, peraih juara I Local Hero untuk kategori Kemitraan yang diselenggarakan Pertamina pada 2019 ini, mengekspor keripik nangka organik ke negara yang dijuluki Panzer. Volumenya mencapai 1 kontainer (20 feet).
“Ordernya setahun hanya 2 kali karena buah organik, panennya harus terjaga dan tidak boleh banyak-banyak. Bahan baku (nangka organik) harus tersertifikasi dari FDA (Food and Drug Administration) untuk organic product,” tutur Nur. Permintaan keripik organiknya datang dari supermarket yang khusus menyediakan makanan organik.
Selain mengekspor keripik organik, pemilik toko Keripik Enak Hj. Neneng ini, juga mengkreasikan konsep Jajanan Pasar Ramah Lingkungan. jajanan pasar dengan packaging anyaman bambu. Camilan tersebut kemudian didistribusikan ke beberapa instansi pemerintah dan perusahaan swasta. Misalnya ke Kementerian Pertanian, Kementerian Tenaga Kerja, WIKA, BP2MI (Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia), Surveyor Indonesia, dan perusahaan minyak.
“Konsepnya memang ramah lingkungan tetapi kita juga mengikuti budget. Kalau misalnya ada perusahaan swasta atau pengguna pribadi tetapi terkendala dengan budget tetapi kita buatkan paket biasa, yang normal,” tambah Ibu dari Tita Arila dan Alisa Fadilla Crown.
Rintis usaha dan peran Kemitraan
Saat memutuskan untuk bekerja di luar negeri, Nur menyadari tidak akan bisa selamanya bekerja di negeri orang. Pasti ada keterbatasan ruang dan waktu. Karena itu, mantan alumnus perguruan tinggi swasta di Jakarta ini bertekad untuk mendidik dirinya menjadi mandiri dan bermanfaat. Mandiri dari segi ekonomi. Bermanfaat bagi banyak orang lain.
Karena itu, selepas mengenyam pengalaman menjadi apoteker di Malaysia (2010 – 2011) dan Singapura (2012- 2013), perempuan kelahiran Desember 1980 ini menjajal peruntungannya di bisnis laundry dan keripik buah. Kedua jenis bisnisnya dirintis pada 2013. Namun sayang, karena beberapa hal, usaha laundry terpaksa ia stop. Satu-satunya yang tersisa, peluang bisnis keripik buah.
Di tengah suasana kebatinannya yang gundah, Nur tersadar. Ternyata, saat masih kanak, dia diwarisi ilmu kuliner. Resep keripik dari neneknya. Sejurus kemudian, ingatannya pun melayang pada saat-saat (almarhumah) nenek mengajarinya meracik bumbu untuk mengolah keripik buah. Resep itulah yang Nur terapkan.
Perlahan tapi pasti, Nur mulai bangkit. Dari sisa modal sebagai TKI, ia membeli pisang tanduk untuk dijadikan keripik. Mula-mula keripik olahannya dijajakan pada kerabat dekat dan kawannya. Juga kolega dan sejawatnya semasa bekerja di luar negeri.
Di luar dugaan, keripik racikan Nur mendapat sambutan. Pasalnya, soal rasa, lidah tidak bisa dibohongi. Para kerabat dan sahabatnya di organisasi para pekerja migran meminta kiriman keripik pisang. Selain itu, Nur juga mengikuti pameran produk-produk makanan.
Rintisan bisnis ini menemukan titik terangnya. Dalam satu pameran, Nur bersua dengan seorang distributor keripik di Brunei Darussalam. Ia tertarik keripik. Setelah proses penjajakan, mereka pun bersepakat menjalin kerjasama bisnis. Memasarkan keripik di Brunei. Tak dinyana, produk keripik pisang tanduk laku keras.
“Kita ekspor keripik pisang pertama ke Brunei Darussalam pada Desember tahun 2015. Volume ekspornya mencapai 4 kontainer,” kata Nur. Rupanya bukan hanya Brunei yang dijajal. Menurut penuturan Nur, nyaris setiap empat bulan sekali mengekspor produk keripiknya ke berbagai negara.
Untuk memperluas pangsa pasarnya, Nur juga kerap mengikuti ajang pameran untuk produk camilan. Misalnya, pada Februari 2016, Nur mengikuti pameran pertamakali ke Paris, Perancis. Dan pada tahun itu, produk keripiknya merambah negeri Belanda.
Tidak hanya Eropa, negara-negara yang tergabung dalam Uni Emirat Arab (UEA) pun dijangkaunya. Pada tahun 2018, Nur mengekspor keripik nanas dan pisang ke Dubai. Tidak hanya keripik, kerupuk pun diekspor. Kerupuk jengkol ternyata digandrungi warga Qatar. “Kerupuk mentah jengkol yang kita ekspor pada tahun 2019,” cetus perempuan yang mempekerjakan 50 hingga 200 orang ini.
Volume ekspor keripik pun tidak tanggung-tanggung. Sekali ekspor bisa mencapai satu kontainer keripik. Harga yang dipatok Rp 10 ribu per kilogram. Jika dikalkulasi omzetnya bisa mencapai Rp500 juta – Rp 800 juta setiap kali mengekspor. Bahkan, bila lebih dari satu negara tujuan dalam sekali pengiriman, omzetnya mencapai lebih dari Rp 1 miliar.
Walaupun demikian, Nur mengutarakan bukan nilai rupiahnya yang menjadi visi bisnisnya. “Kita hanya ingin berbagi kebahagiaan, memberdayakan Ibu-ibu dan bermanfaat bagi sebanyak orang lain,” kata Nur, dengan nada suara pelan.
Inovasi bisnis keripik Nur terus berevolusi. Saat ini, pemilik usaha N&N Internasional ini sedang beradaptasi dengan trend kalangan milenial. Mengembangkan bisnis berbasis online. Dia tengah menjalin kerjasasama dengan Tokopedia dan Shopee untuk bisnis aneka keripik dan kerupuknya.
Diakui Nur, semua terobosan dan kesuksesan yang diraih tidak lepas dari kontribusi Pertamina, melalui program Kemitraan. “Kalau dalam skala 10 sampai 100, saya bilang 80 persen, program Kemitraan berpengaruh pada proses kesuksesan bisnis saya. Karena Pertamina mempunyai banyak jaringan. Dan hubungannya dengan BUMN-BUMN lain sangat bagus. Karena itu juga bisa kasih kita banyak link sehingga perkembangannya bisa sangat cepat,” ungkap Nur, yang menjadi anggota binaan Pertamina lewat program Kemitraan pada 2018.
Program ini secara intensif memberikan pelatihan baik soft skill dan hard skill. Selain itu ada coaching. Saat ini karena pandemi, coaching melalui email atau media sosial (medsos). “Saya memperoleh pelatihan soft skill melalui online. Selanjutnya melinkan/menghubungkan kita dengan BUMN-BUMN lain dengan berpartisipasi melalui pameran-pameran serta acara-acara sejenis yang diselenggarakan oleh BUMN maupun lembaga pemerintahan,” papar Nur seraya mengimbuhkan lewat program Kemitraan tersebut dirinya memiliki kesadaran pentingnya sebuah branding.
Karena itu, putri dari pasangan Hj.Ety Rohati dan H. Royani ini segera mendaftarkan produk keripiknya ke HAKI (Hak Kekayaan Intelektual). Ada dua brand miliknya: untuk keripik yang telah terdaftar di HAKI adalah Keripik Hj. Neneng dan J.PASS (jajanan pasar).
Nur juga tidak segan mengutarakan dalam perjalanan mengelola bisnisnya tidak hanya keuntungan yang mengiringi. Ada kerugian yang mesti dipikulnya. “Dagangan saya pernah tidak dibayar. Bahkan ditipu mitra kerja,” kenangnya. Namun pengalaman pahit justru menguatkan tekadnya untuk terus memberdayakan kaumnya melalui usaha aneka keripik buah organik dan non organik, kerupuk dan jajanan pasar ramah lingkungan.
Apresiasi Menkop
Program Kemitraan Pertamina ini selain memberi keberkahan bagi usaha keripik Ibu Nur, juga memeroleh apresiasi dari Teten Masduki, Menteri Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). “Apa yang dilakukan Pertamina dengan melakukan pendampingan dan pembinaan pada UMKM sangat positif. Positif bagi pengembangan UMKM. Ke depan kita akan konsolidasi lebih baik supaya arah pengembangan UMKM jauh lebih terarah,” kata Teten pada Portonews, Selasa (27/10/2020) saat sesi dialog dengan insan media dalam.satu webinar bertajuk “Dialog Covid-19: Penerapan Protokol Kesehatan di UMKM”.
Apalagi Presiden Jokowi meminta agar peran UMKM menjadi prioritas pembangunan. Utamanya didorong agar bisa naik kelas agar dapat membuka lapangan kerja lebih.
Menteri Teten juga mencatat angka pengangguran bertambah. “Yang eksisting sekitar 9 juta orang. Untuk korban PHK akibat pandemi sekitar 3 juta orang. Dan angkatan kerja baru bertambah setiap tahun sekitar 3 juta orang. Jadi, kita butuh 13 juta lapangan kerja baru,” tutur Teten.
Apalagi di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia 3,5 persen. Sebab yang eksisting sekarang, sebanyak 97 persen penyerapan tenaga kerja dilakukan oleh UMKM. Jadi, di titik inilah peran strategis BUMN seperti Pertamina bisa membantu UMKM agar dapat menciptakan lapangan kerja baru.