Jakarta, Portonews.com – Namanya Duangkamon Ngarmsangiem. Ya, membaca nama tersebut sudah memperlihatkan bahwa memang ia bukan Warga Negara Indonesia (WNI), melainkan Thailand. Tiga tahun sudah ia tinggal dan bekerja di Indonesia, tepatnya di kawasan Tangerang.
Sebenarnya, Indonesia merupakan negara yang tidak asing lagi untuk wanita dengan sapaan akrab Ploy itu. Sebelum menginjakkan kaki di Tanah Air, Ploy sudah lebih dahulu mengenal Indonesia lewat perusahaannya. Saat itu, ia bekerja di perusahaan kimia asal Amerika Serikat yang berada di Thailand. Ia menangani sales marketing untuk Asia Pasifik, termasuk Indonesia, Malaysia, Jepang, Korea.
“Awalnya, saya ketemu suami di Indonesia. setelah itu saya cari kerja di sini. Kebetulan ada perusahaan Thailand yang sedang mencari country manager selama dua tahun. Karena jaraknya terlalu jauh, kemudian saya memilih bergabung dengan Ichi Tan Indonesia,” kata Ploy, ketika berbincang dengan PORTONEWS di kantornya, Alam Sutera, Tangerang, (14/5/2019).
Ia mengisahkan, pertama kali bekerja di Ichi Tan, Ploy langsung menjabat sebagai manajer marketing. Lalu, ia naik menjadi direktur marketing. Dua tahun sudah ia bergabung dengan Ichi Tan. Di Ichi Tan Ploy merasa waktu berlalu cepat sekali, karena setiap hari sibuk banyak proyek baru. Tak sia-sia, ia bersama tim marketing lainnya mendapat penghargaan best campaign of the year 2017 dari majalan Marketing dan best marketing experience of the year.
“Semua memang bukan orang hebat, tapi mereka selalu bekerja keras memakai hati dan pikirannya. Kalau tim kita bagus, outfitnya bisa lumayan oke. Kerjanya juga selalu ada challenge, jadi saya senang dan nyaman kerja di Ichi Tan Indonesia,” ujarnya dalam bahasa Indonesia cukup fasih.
Berbicara soal membangun tim yang baik, Ploy memang tidak main-main. Posisinya sebagai direktur marketing mengharuskan ia memberi contoh dan teladan baik bagi anak buahnya. Alhasil, ia tidak pernah merasa lelah karena sudah terbiasa bekerja. Terlebih lagi ia didukung oleh tim yang bagus, rasa capek pun tidak dirasakannya.
“Di beberapa event saya ikut semua, karena saya punya konsep kalau ingin anak-anak mengerti pekerjaan agar lebih baik, maka kita harus turun juga. Contohnya, tahun lalu saya terbang ke 60-70 kota. Waktu tim belum banyak juga saya sabtu-minggu tidak ada day off mesti cek sana-sini,” ucap Ploy mencontohkan.
Ia menekankan, agar bisa membangun sebuah tim seorang pemimpin harus mau terjun langsung ke lapangan. Bila hanya memberikan teori, tetapi tidak menunjukkan langsung kepada mereka, pastinya mereka tidak akan ada untuknya.
Wanita yang menjadi vegetarian ini pun memiliki key of working, dimana ia selalu menerapkan dalam pekerjaannya sehari-hari. Bernula dengan menciptakan rasa percaya kepada anak buahnya. Buat karyawan percaya diri, bahwa mereka bisa bekerja.
“Saya selalu motovasi mereka percaya diri dulu, lalu percaya teman yang ada di tim. Kalau tidak percaya tim pasti dia kerja sendiri. Percaya kalau perusahaan kita bisa jadi lebih baik. Jika kita tidak percaya tim dan company kita, pasti kita tidak akan kerja maksimum,” paparnya.
Meskipun seorang direktur, ia memilih selalu terbuka kepada timnya. Ia akan merasa senang apabila ada karyawannya ingin berbagi cerita, entah itu mengenai pekerjaan atau hal pribadi sekalipun. Tak heran bila di kantor, ia seringkali dipanggil dengan sebutan “mami”.
“Saya pelan-pelan mengertilah semua orang tidak bisa menjadi seperti kita. Semua orang tidak bisa memenuhi apa yang kita mau atau pikirkan. Jadi saya mau mengerti dan menerima apapun. Saya sudah seperti teman, semua tim manggil saya mami,” ungkapnya.
Padahal Ploy mengakui bahwa ia adalah perfeksionis dan cenderung galak. Namun, itu semua terpatahkan bila bekerja dalam sebuah tim menurutnya harus ada hati yang mengerti dan mau menerima.
“Ada masalah apapun saya back up karena saya lihat sendiri. Mau sharing, lebih mau dengar karena mereka tahu apapun yang mereka sharing, saya mengerti. Itu buat tim kita solid, mereka ada masalah apapun bisa cerita ke saya, sehingga lebih dekat ke tim,” tutur wanita yang selalu menyempatkan diri memasak untuk bekal makanan suaminya itu.
Bisa sampai ke tahap seperti ini, memang tidak mudah. Sepanjang 12 tahun bekerja pada akhirnya menjadikan Ploy kaya dengan segudang pengalaman. Dahulu, ia sempat bingung ingin melakukan apa. Saat melihat kondisi di sekitarnya pada waktu itu, orang Thailand tidak banyak yang bisa berbahasa Inggris. Momen tersebut lantas ia pakai untuk mengajar menjadi guru bahasa Inggris selama enam bulan.
Sayangnya, ditengah jalan ia memilih berhenti dari pekerjaannya sebagai guru. Hal tersebut dikarenakan Ploy lebih suka bertemu orang-orang baru dan senang belajar dari orang atau lingkungan baru. Setelah lulus studi S1 jurusan Internasional Bisnis dengan magna cum laude, dia mulai melamar pekerjaan ke berbagai perusahaan.
“Saya mendapat pekerjaan yang cocok dengan keinginan. Saat itu mulai menjadi sales marketing internasional di sebuah perusahaan dari Jepang yang menangani bidang automotive part selama tiga tahun. Pertama kalinya saya sudah taking of southeast asia jadi sales marketing, terbang sana sini buat meeting, cari order dan lain sebagainya,” kenang Ploy.
Selanjutnya, ditengah-tengah pekerjaannya, ia memutuskan untuk melanjutkan jenjang pendidikan S2, kemudian pindah kerja ke perusahaan asal Thailand, namun masih di bidang yang sama. Di sana ia bekerja sebagai personal assistant untuk pemilik perusahaan.
“Waktu itu saya banyak belajar, bukan hanya soal sekretaris saja, tapi personal assistant yang represented owner. Jadi kerja saya ikut meeting, ke luar negeri juga. Beberapa bulan saya di Dubai. Saya banyak belajar tentang perspektif marketing. Saya kerja di sana selama tiga tahun,” paparnya.
Ketika ditanya, keinginan apa lagi yang ingin dicapai, manakala ia telah mendapat kesuksesan hingga sekarang. Ploy menjawab tidak ada lagi.
“Waktu masih muda mungkin saya akan mencari sesuatu yang lebih keren lagi. Setiap hari kita kerja dengan perasaan bahagia. Tidak hanya kita tetapi semua orang yang bekerja dengan kita merasakan perasaan bahagia. Jadi, semua senang. Saya berdoa setiap hari untuk menyeimbangkan hidup saya. Ya, kembali ke time management lagi sih, semoga bisa jadi house wife dan business women yang lebih baik,” tutupnya dengan senyuman.