Jakarta, Portonews.com – Direktur Utama Indonesia Power, Sripeni Inten Cahyani mengatakan kepastian terbitnya SLO diperoleh usai melewati serangkaian test yakni NDC (Nett Dependable Capacity) Test dan RR (Reliability Run) Test selama 3×24 jam dari rangkaian Commissioning Test yang dilaksanakan pada Sabtu (11/5) lalu.
Sesuai Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009, setiap instalasi tenaga listrik harus memiliki sertifikat laik operasi (SLO).
PLTA Rajamandala siap memasok listrik ke sistem kelistrikan Jawa-Bali melalui transmisi 150 kV Cianjur-Cigereleng usai mendapatkan Sertifikat Laik Operasi (SLO) Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (DJK) Kementerian ESDM.
Menurut Sripeni, rangkaian tes tersebut bertujuan untuk menguji kehandalan dan kapasitas maksimum pembangkit listrik sebelum beroperasi secara komersial.
“Berdasarkan hasil test tersebut, PLTA Rajamandala telah mendapatkan Sertifikat Laik Operasi (SLO) dan siap memasok listrik untuk PLN,” ujarnya melalui keterangan tertulisnya di Jakarta.
Sripeni mengungkapkan, pembangunan pembangkit yang memiliki kapasitas 47 megawatt (MW) ini memakan dana investasi sebesar USD 150 juta. Pembangunan proyek ini merupakan kerja sama yang dikerjakan oleh anak usaha PLN yakni PT Indonesia Power dengan The Kansai Electric Power Co. Inc.
Nantinya, tambah Sripeni, pembangkit energi terbarukan ini memanfaatkan aliran sungai Citarum yang merupakan keluaran dari PLTA Saguling dengan menggunakan turbin Francis Vertical Kaplan. PLTA ini tidak memerlukan pembangunan waduk atau bisa disebut dengan kategori PLTA run-of-river. Listriknya dihasilkan dengan memanfaatkan debit air 168 meter kubik dan ketinggian jatuh air (gross head) 34 meter.
Selain itu, Sripeni juga mengatakan dengan pengoperasian PLTA Rajamandala, dapat menambah jumlah pembangkit listrik yang menggunakan energi baru dan terbarukan.
“Satu lagi program pengembangan pembangkit EBT telah selesai pembangunannya. Harapannya dengan ini kami bisa terus mendukung target 23% bauran energi (energy mix) dari program PLN,” tandasnya.