Jakarta, Portonews.com – Turki membantah mengincar warga sipil dalam perangnya melawan teroris di wilayah Suriah. Memasuki hari ketiga, Operation Peace Spring sudah “menetralisasi” 342 orang teroris.
“Operasi berlanjut dengan sukses, seperti yang kami rencanakan. Hingga sekarang, sudah 342 orang teroris dinetralisasi,” kata Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, seperti dikutip surat kabar Turki, Hurriyet, Sabtu (12/10/2019).
Operasi militer yang mengincar gerombolan pemberontak Kurdi ini digelar sejak 9 Oktober 2019. Tentara Turki melancarkan serangan besar-besaran dengan mengerahkan jet tempur dan artileri berat.
Akar mengatakan agresi ke negara tetangganya ini merupakan “hak untuk mempertahankan diri” sesuai ketentuan di Piagam PBB.
“Tujuan kami adalah mengakhiri keberadaan teroris di sisi timur Sungai Efrat, terutama Daesh (ISIS), PKK/PYD/YPG, dan menegakkan perdamaian di koridor ini agar saudara-saudara kami orang Suriah bisa kembali ke tanah airnya,” kata Akar.
Akar menegaskan bahwa target operasi adalah tempat persembunyian dan peralatan militer teroris. “Kami amat berhati-hati dan peka agar tidak menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan, warga sipil, orang tak berdosa, bangunan kebudayaan dan keagamaan, fasilitas infrastruktur, dan berbagai unsur kepentingan negara sahabat dan sekutu,” ujarnya.
“Tindakan kami bukan semata demi kepentingan bangsa dan negara kami tapi juga keamanan kelompok agama dan suku bangsa, termasuk Kurdi, Arab, Assyria, Kristne, Yazidi, dan Chaldea,” kata Akar.
Operation Peace Spring dianggap perlu dilancarkan karena Turki adalah anggota NATO yang letaknya paling dekat dengan sarang ISIS.
Jet tepur F-16 Turki dilaporkan menghantam posi YPG sekitar 30 kilometer dari tapi timur Sungai Efrat. Di malam pertama operasi, serangan udara dan artileri Turki berhasil menghantam 181 sasaran.
Serangan dilanjutkan dengan pengerahan pasukan darat ke kota Tal Abyad, sekitar 7 kilometer dari perbatasan. Kota berikutnya yang menjadi target adalah Ras al-Ain.