Jakarta, Portonews.com – Prancis menggempur posisi pemberontak Chad lewat gelombang serangan udara. Pada hari ketiga operasi militernya, Rabu (6/2/2019), jet tempur Prancis menghancurkan konvoi sekitar 20 truk pikap milik pemberontak yang pekan lalu melintas lewat Libia.
Operasi militer Prancis ini bertujuan mencegah kehancuran negara bekas koloninya di Afrika. Serangan dilancarkan sejak Minggu setelah pemberontak meningkatkan aktivitasnya di selatan Libia.
Gerombolan bersenjata yang menamakan diri Pasukan Persatuan Perlawanan (UFR) ini bertekad menggulingkan Presiden Idriss Deby. Pekan lalu, kelompok yang berdiri sejak 2009 itu berhasil menyusupkan sekitar 50 truk pikapnya hingga 400 kilometer ke wilayah Chad.
“Penyusupan konvoi bersenjata itu ke wilayah Chad bertujuan mengganggu stabilitas negara ini,” kata militer Prancis dalam pernyataan yang dikutip kantor berita Reuters, Kamis (7/2/2019).
Prancis mengerahkan jet tempur Mirage setelah menerima permintaan bantuan resmi dari sebuah negara berdaulat. Militer Prancis juga mengatakan serangan ini dilancarkan dengan tetap mematuhi hukum kemanusiaan internasional.
Pesawat tempur diterbangkan dari ibu kota N’Djamena. Tim penyerang didukung oleh pesawat tak berawak Reaper. Pihak UFR mengatakan bahwa dua orang anggotanya terbunuh pada Senin lalu.
Deby menghadapi beberapa kali pemberontakan sejak meraih keuasaan pada 1990 melalui kudeta militer. Pengamat internasional mempertanyakan keabsahan pemilihan umum yang membuatnya terus berkuasa. Tahun lalu dia mendorong keluarnya reformasi konstitusi yang dapat membuatnya terus menjadi presiden hingga 2033.
Prancis mulai campur tangan sejak 2008 untuk mencegah UFR menjatuhkan Deby. Tapi Presiden Emmanuel Macron mengatakan bahwa dia ingin menjalin hubungan baru dengan bekas koloni Prancis itu. Macron juga mengimbau adanya regenerasi kepemimpinan di Chad.
Namun Prancis tidak bisa memaksakan suksesi karena Chad berperan penting dalam pertempuran melawan militan Islamis di Afrika Barat. Prancis menempatkan 4.500 orang pasukan kontraterorime di N’Djamena untuk menjalankan Operasi Barkhane. Amerika Serikat juga menempatkan pasukannya di kota itu.
“Tentara Chad adalah mitra penting dalam perang melawan terorisme di Mali. Kami bersama-sama menghadapi gerombolan G5 Sahel dan Boko Haram,” kata militer Prancis dalam pernyataannya.
Perang melawan militan Islamis di kawasan ini cukup melelahkan militer Chad dan menggerus perekonomian negara yang bergantung pada minyak itu. Akibatnya, rakyat negara termiskin di dunia itu semakin tidak percaya terhadap kemampuan Deby.