Jakarta, Portonews.com – Penyelidik Prancis membuka kotak hitam dari pesawat Boeing 737 Max-8 milik Ethiopian Airlines yang jatuh pada akhir pekan lalu. Pesawat jatuh hanya beberapa menit setelah pesawat lepas landas dari Addis Ababa. Petaka ini menewaskan 157 orang penumpang dan awak.
Insiden itu terjadi hanya lima bulan setelah pesawat serupa milik Lion Air JT610 jatuh di Laut Jawa, pesisir Karawang pada Oktober 2018. Kecelakaan udara ini menewaskan 189 orang penumpang dan awak.
Puluhan negara di berbagai penjuru dunia melarang pesawat Boeing 737 Max terbang. Larangan diterbitkan karena adanya kemiripan antara kejadian di Ethiopia dan Indonesia. Kedua pesawat sama-sama jatuh tidak lama setelah mengudara.
Para ahli Prancis akan memastikan kaitan antara dua kecelakaan fatal yang melibatkan Boeing 737 Max-8. Di saat yang sama, Boeing menangguhkan pengiriman pesawat terlarisnya ini. Tapi produksi tetap berjalan untuk memenuhi pesanan.
Baca juga:
Belum adanya kepastian tentang penyebab jatuhnya pesawat ini mengguncang industri penerbangan, membuat takut penumpang, dan menyeret harga saham Boeing ke bawah.
Pada Kamis (14/3/2019), Kongres AS mengatakan armada 737 Max harus dikandangkan selama minimal empat pekan. Pesawat jenis itu baru boleh diterbangkan setelah Boeing menguji dan memasang pembaruan perangkat lunak. Boeing memastikan perangkat lunak baru ini terpasang di armada 737 Max dalam beberapa pekan ke depan.
Berdasarkan rekaman suara, kapten pilot Ethiopian Airlines ET302 tujuan Nairobi, Kenya, minta izin kembali ke bandara Addis Ababa sekitar tiga menit setelah lepas landas. Pilot merasa ada yang tidak beres karena pesat tiba-tiba melaju dengan kecepatan yang tidak wajar, kata laporan New York Times.
Semua kontak antara menara pengawas dan ET302 hilang kira-kira lima menit setelah pesawat lepas landas. Fakta itu disampaikan seorang saksi yang mengaku ikut mendengar hasil rekaman komunikasi lalu lintas udara.
Di menit pertama setelah ET302 mengudara, Kapten Yared Geachew melaporkan kepada menara pengawas bahwa pesawatnya mengalami masalah. Pesawat itu dilaporkan berada di bawah ketinggian minimal saat mendaki.
Setelah mendapatkan izin dari menara pengawas untuk kembali ke bandara, ET302 tiba-tiba mendaki ke ketinggian yang tidak biasa sebelum menghilang dari radar.