Jakarta, Portonews.com – Bentrokan terjadi antara pengunjuk rasa dan polisi di Hong Kong, Kamis (13/6/2019). Ratusan orang demonstran masih bertahan di jalan, sehari setelah polisi membubarkan massa dengan gas air mata dan peluru karet.
Jumlah pengunjuk rasa di sekitar gedung parlemen terus bertambah. Sejumlah demonstran berusaha mencegah polisi menghentikan pembagian masker dan makanan.
Polisi berseragam yang dilengkapi helm dan perisai membentengi ruas jalan di distrik keuangan Hong Kong. Jajaran panjang mobil polisi tampak diparkir di dekat lokasi unjuk rasa.
Polisi tak berseragam dikerahkan untuk memeriksa identitas para penglajo. Di bagian lain, petugas membersihkan jalanan dari berbagai benda sisa bentrokan. Selama unjuk rasa, sejumlah demonstran menggunakan payung untuk melawan polisi.
Sejumlah pengunjuk rasa masaih mengenakan masker dan kacamata. Mereka berjaga-jaga seandainya polisi kembali menggunakan gas air mata. Pelajar dan mahasiswa sempat bargabung dengan pengunjuk rasa. Jumlah pengunjuk rasa sempat mencapai ribuan orang sebelum turun menjadi ratusan.
Tuntutan mereka masih sama yaitu menolak rancangan undang-undang ekstradisi. Jika diberlakukan, undang-undang itu memungkinkan tersangka pelaku kejahatan di Hong Kong diadili di Cina.
“Sekarang kami pulang tapi kami akan kembali lagi. Kami ingin beristirahat dan menyimpan tenaga,” kata mahasiswa berusia 20 tahun, Stephen Chan, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Undang-undang ekstradisi yang baru tidak hanya berlaku untuk warga Hong Kong. Legislasi itu bisa juga diterapkan untuk warga asing dan warga Cina yang tinggal atau bepergian di Hong Kong. Undang-undang ini dicemaskan mengurangi keistimewaan Hong Kong sebagai pusat keuangan internasional.
Pada Rabu (12/6/2019), polisi menembakkan peluru karet, gas air mata, dan semprotan merica dalam bentrokan dengan demonstran. Pihak pemerintah mengatakan 72 orang dibawa ke rumah sakit di malam harinya.
Ganggu Bisnis
Dampak gelombang unjuk rasa ini mulai dirasakan dunia bisnis Hong Kong. Pada Kamis, bursa efek negara kota itu terkoreksi 1,5 persen.
Sebagian besar jalan di kawasan bisnis masih dibuka. Tapi Pacific Place, pusat perbelanjaan yang berada di sebelah gedung parlemen, masih ditutup.
Beberapa bank, antara lain Standard Chartered, Bank of China, dan DBS, menutup sejumlah kantor cabangnya.
Bank lain menyatakan bisnis berjalan seperti biasa. Tapi beberapa bank mengizinkan karyawannya bekerja dari rumah.
“Untuk berjaga-jaga, kami menutup dua cabang lebih awal di lokasi unjuk rasa. Prioritas kami adalah keselamatan karyawan dan nasabah,” kata pernyataan HSBC. Lantai dasar gedung HSBC sempat menjadi pusat berkumpulnya demonstran.