Jakarta, Portonews.com – Seorang pria melepas tembakan membabi buta di gerai Walmart di El Paso, Texas, AS, Sabtu (3/8/2019). Aksi pembantaian itu menyebabkan setidaknya 20 orang tewas dan 26 orang terluka.
Toko tengah ramai pengunjung saat petaka ini terjadi. Sebagian besar pengunjung toko adalah para pembeli perlengkapan sekolah. Peristiwa mengerikan ini terjadi hanya enam hari setelah seorang remaja menembak mati tiga orang di tengah festival makanan di California.
“Ini adalah salah satu hari paling mematikan dalam sejarah Texas,” kata Gubernur Texas, Greg Abbott, seperti dikutip kantor berita Reuters, Minggu (4/8/2019) pagi WIB.
Presiden Meksiko Manuel Lopez Obrador mengatakan tiga orang warga negaranya tewas dan enam orang terluka dalam peristiwa itu. Kejadian ini tercatat sebagai penembakan massal paling mematikan di sejarah AS setelah penembakan di San Ysidro yang menewaskan 21 orang pada 1984.
Polisi mengatakan bahwa pelaku adalah seorang laki-laki kulit putih berusia 21 tahun asal Allen, Texas. Rumahnya berada sekitar 1.046 kilometer sebelah timur El Paso.
Jaksa Texas, Ken Paxton, mengatakan pihaknya juga menyelidiki unggahan media sosial pelaku. “Saya pikir (unggahan) itu bisa membantu kami mengungkapkan alasan tindakannya. Kami masih terus menanyai pelaku,” kata Paxton kepada stasiun televisi CNN.
Kepala polisi El Paso, Greg Allen, mengak sudah membaca manifesto pelaku yang mengindikasikan “kemungkinan tindak kejahatan karena kebencian.”
Rekaman kamera keamanan Walmart yang disiarkan stasiun televsi KTSM memperlihatkan pelaku saat masuk ke gerai Walmart. Terduga pelaku tampak menggunakan kacamata, serta mengenakan celana berwarna khaki dan kaus berwarna gelap. Dia juga tampak membawa senapan serbu dan memakai alat seperti headphone atau pelindung telinga.
Presiden AS Donald Trump prihatin dengan pembantaian di El Paso. “Amat buruk, banyak yang terbunuh,” cuit Trump di Twitter.