Jakarta, Portonews.com – Presiden Venezuale Nicolas Maduro memamerkan kekuatan militernya di Benteng Paramacay, luar kota Caracas, Minggu (27/1/2019). Dia memperlihatkan kedekatannya dengan angkatan bersenjata dalam parade miilter yang menampilkan perlengkapan tempur buatan Rusia.
Politikus sayap kiri berusia 56 tahun itu resah setelah pemimpin oposisi, Juan Guaido, mengklaim sebagai presiden Venezuela. Guaido juga sudah mendapatkan dukungan internasional dan menawarkan amnesti untuk tentara yang mau bergabung dengan dia.
Pada Minggu, Israel dan Australia ikut mendukung pria berusia 35 tahun itu. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menerima tokoh oposisi lain, Carlos Alfredo Vecchio, sebagai perwakilan diplomatik Venezuela di Amerika Serikat.
Di Caracas, Maduro bersama Menteri Pertahanan Vladimir Padrino dan petinggi lain menyaksikan parade militer dari atas panggung. Tentara Venezuela kemudian mempertontonkan kekuatannya dengan meluncurkan roket serta melancarkan serangan udara ke sasaran di sisi bukit.
Maduro mengatakan pertunjukan ini memperlihatkan kepada dunia bahwa dia masih didukung militer dan bahwa angkatan bersenjata Venezuela siap mempertahankan negara. Maduro mengatakan tindakan Guaido dapat dikategorikan sebagai kudeta. Menurutnya, kudeta itu melibatkan penasihat garis keras Trump termasuk veteran Perang Dingin, John Boldon dan Elliott Abrams.
“Tidak ada yang akan menghormati pengkhianat yang lemah dan pengecut. Di dunia ini, yang dihargai adalah orang yang pemberani dan punya kekuatan,” kata Maduro seperti dikutip kantor berita Reuters, Senin (28/1/2019).
“Tidak ada yang berpikir akan mundur dari tanah air yang suci ini. Venezuela ingin perdamaian. Untuk menjamin terciptanya perdamaian, kita harus bersiap,” ujarnya.
Angkatan bersenjata Venezuela dijadwalkan menggelar latihan militer pada 10-15 Februari 2019. Maduro menyebutnya sebagai “latihan militer paling penting sepanjang sejarah Venezuela.”
Unjuk kekuatan di lapangan dibarengi oleh kampanye di dunia maya dengan slogan “Selalu Setia, Jangan Jadi Pengkhianat”.
Benteng Paramacay berjarak sekitar dua jam berkendara dari Caracas. Benteng itu merupakan lokasi percobaan kudeta pada 2017, yang diserang oleh sekitar 20 orang tentara dan warga sipil bersenjata. Pemimpin serangan, yang waktu itu langsung ditangkap, menyerukan pembentukan pemerintahan peralihan.
Di bagian lain, Maduro mengatakan adanya keterlibatan Colombia untuk memengaruhi tentaranya. Dia mengatakan negara tetangganya itu mengirim ribuan pesan dikirim via WhatsApp dan pelantar media sosial lain kepada tentaranya. Usai berpidato, Maduro joging bersama tentara kemudian naik kendaraan amfibi di pangkalan angkatan laut.
Sementara itu, Guaido juga mengirim pesan kepada militer. Dia meminta dukungan dan berharap tentara tidak bertindak represif terhadap warga sipil yang mendukungnya. Guaido juga menawarkan amnesti untuk orang-orang yang dituduh melakukan kejahatan oleh pemerintahan Maduro.
“Saya minta kalian tidak melepas tembakan. Saya minta kalian tidak represif terhadap rakyat,” ujar Guaido seperti dikutip BBC.
Pemberontakan ini tidak lepas dari krisis ekonomi dan politik yang dialami Venezuela selama dipimpin Maduro. Kekurangan makanan terjadi di berbagai penjuru negeri. Inflasi meroket hingga 10 juta persen dalam satu tahun terakhir.
Inggris, Jerman, Prancis, dan Spanyol menyatakan akan mengakui Guaido jika Maduro tidak juga menyelenggarakan pemilihan umum dalam delapan hari ke depan. Rusia menyebut ultimatum itu “absurd”. Menteri Luar Negeri Venezuela, Jorge Arreaza, menyebut klaim sepihak itu “kekanak-kanakan”.
AS, Kanada, sebagian besar negara Amerika Latin, dan beberapa negara Eropa menuduh Maduro mencurangi pemilu pada Mei 2017. Maduro tak terbendung memasuki periode keduanya setelah menjegal calon presiden utama dari oposisi.