Jakarta, Portonews.com – Harga minyak dunia melonjak lebih dari 15 persen pada Minggu (15/9/2019). Kenaikan tajam ini terjadi setelah kilang minyak Arab Saudi diserang kelompok militan Houthi.
Arab Saudi memasok lebih dari lima persen kebutuhan minyak global. Pada Sabtu (14/9/2019), kilang milik Saudi Aramco diledakkan gerombolan bersenjata asal Yaman yang didukung Iran.
Harga minyak mentah Brent naik lebih dari 19 persen menjadi US$71,95 per barrel. Harga minyak mentah AS mengalami kenaikan lebih dari 15 persen menjadi US$63,34 per barrel. Harga acuan dunia ini tercatat sebagai yang tertinggi sejak Mei 2019.
Laju kenaikan harga tertahan setelah Presiden AS Donald Trump mengesahkan penjualan minyak dari cadangan minyak strategis (SPR).
Saudi Aramco mengatakan serangan terhadap fasilitasnya memangkas produksi minyak hingga 5,7 juta barrel per hari. Upaya pemulihan terus dilakukan tapi Aramco belum bisa memperkirakan kapan bisa menghasilkan minyak seperti semula.
Perbaikan diperkirakan memakan waktu lebih dari satu pekan. Ekspor minyak Arab Saudi terus berjalan nomal karena negara ini memiliki fasilitas penyimpanan yang besar. Jika perbaikan Aramco berlangsung lebih lama, barulah ekspor minyak Arab Saudi terganggu.
“Lonjakan harga ini wajar terjadi. Kondisi ke depan tergantung pada berapa lama gangguan diatasi, kemampuan memenuhi komitmen ekspor, elastisitas permintaan di harga yang lebih tinggi, serta kebijakan pemerintah dan lembaga,” kata Direktur Strategi Energi di RBC Capital Markets, Michael Tran, seperti dikutip Reuters.
“Sekalipun keadaan bisa dinormalisasi dengan cepat, ancaman terhadap produsen 6 persen minyak global bukan lagi kemungkinan. Ancaman ini nyata,” ujarnya mengingatkan.