Bogor, Portonews – Tahun Baru Imlek dan perayaan Cap Go Meh merupakan tradisi penting dan spesial buat masyarakat etnis Tionghoa. Namun, di Indonesia ada kalanya terjadi penolakan perayaan.
Pada penanggalan kalender khusus Tionghoa, Tahun Baru Imlek dirayakan setiap tanggal 1 di tahun yang baru. Sedangkan akhir perayaan Imlek tersebut ada di pertengahan bulan pada saat bulan purnama atau tanggal 15. Perayaannya sering disebut Cap Go Meh.
Menjelang imlek, tepatnya akhir Januari lalu, tiba-tiba saja beredar surat seruan dari Forum Muslim Bogor (FMB) yang menyatakan penolakan terhadap perayaan tahun baru Imlek dan Cap Go Meh 2019.
Salah satu poin dari isi surat tertanggal 23 Januari itu adalah meminta Pemerintah Kota dan Kabupaten Bogor tidak memfasilitasi perayaan Imlek dan Cap Go Meh di wilayah Bogor, terutama yang melibatkan umat beragama lainnya.
Wali Kota Bogor, Bima Arya mengungkapkan, setiap tahunnya, perayaan Cap Go Meh selalu dibalut dalam pesta rakyat bertajuk Bogor Street Festival sehingga lebih mengedepankan nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal. Karena itu, dirinya mendukung perayaan Imlek berjalan sesuai rencana. Dia bilang, perayaan Cap Go Meh merupakan simbol persatuan.
“Kami merasa perlu untuk menyampaikan kepada publik mengenai posisi Pemkot Bogor di sini. Ini menyangkut juga atas nilai-nilai kebersamaan dan keberagaman yang diyakini oleh kita sebagai warga Bogor dari masa ke masa,” ujarnya.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pun turut bicara. Dia meminta semua pihak saling menghargai antarumat beragama.
“Saya mengajak semua kita untuk saling menghargai, menghormati, tradisi yang sudah cukup lama ada dan hidup di tengah-tengah kita,” tunjuknya.
Alhasil, perayaan Imlek pun mulai dipersiapkan. Misalnya di Jalan Suryakencana yang terkenal sebagai China Town atau Pecinan banyak terdapat kue keranjang beragam ukuran dengan kemasan daun pisang hingga kotak bermotif. Juga aneka manisan buah dan permen, kue kering, lembaran angpau hingga lilin berwarna merah dari ukuran mungil hingga setinggi 80cm tersedia.
Berada di belakang kawasan Pecinan Kota Bogor di Jalan Suryakencana terdapat sebuah sentra pembuatan barongsai yang sederhana namun pemasarannya telah sampai hingga ke luar negeri.
Sentra pembuatan barongsai itu merupakan milik Lily Hambali. Karya Barongsai buatannya telah merambah ke Eropa dan Timur Tengah. Begitu, juga pasar barongsai di dalam negeri, banyak bertabur karya Lily yang mulai menggeluti kerajinan tersebut sejak tahun 2000.
Lily mengerjakan pesanan barongsai di pelataran halaman depan rumahnya. Satu barongsai dibanderol dengan harga Rp 5,5 juta dan Rp 7,5 juta hingga Rp 8,5 juta untuk liong. (Nap/BS)