Jakarta, Portonews.com – Direktur Utama Pertamina Hulu Energi (PHE), Meidawati menegaskan PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) adalah KKKS pertama di Indonesia menerapkan skema gross split.
“Proses pabrikasi Anjungan YYA yang tepat waktu membuktikan kami menerapkan gross split dengan tepat, sehingga segala sesuatunya lebih efisien,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta.
Meidawati mengungkapkan, hal ini juga membuktikan PHE ONWJ tetap semangat terus meningkatkan produksi migas nasional.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Migas KESDM, Djoko Siswanto, mengatakan, PHE ONWJ menjadi perusahaan pencari migas atau Kontraktor Kontra Kerja Sama (KKKS) yang pertama menggunakan skema bagi hasil gross split.
“Dapat kami informasikan bahwa Pertamina Hulu Energi adalah KKKS pertama menerapkan skema gross split untuk lapangan ONWJ,” kata Djoko.
Djoko mengungkapkan, saat masih menggunakan skema bagi hasil cost recovery pada 2016, anggaran investasi berupa belanja modal (capital expenditure/capex) dan belanja operasi (operational expenditure/opex) perseroan hanya US$ 322 juta.
Menurut Djoko, setelah mengimplementasikan skema gross split, investasi ONWJ meningkat menjadi US$347 juta pada 2017. Tahun ini, perseroan menargetkan investasi mencapai US$513 juta.
“Hal ini memberikan gambaran bahwa skema gross split mendorong peningkatan investasi di lapangan ONWJ dibandingkan dengan skema cost recovery,” tuturnya.
Sementara itu, “Dengan memakai skema (gross split), PHE ONWJ mengalami penghematan biaya produksi serta bisa meningkatkan produktivitas,” pungkasnya. (us)