Jakarta, Portonews.com – PT Pertamina (Persero) mengklaim bahwa proyek modernisasi dan pembangunan kilang Pertamina atau dikenal dengan Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery (GRR) akan meningkatkan kapasitas kilang hingga dua kali lipat dari saat ini 1 juta barrel per hari menjadi 2 juta barrel per hari.
Direktur Megaproyek Pengolahan & Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang menegaskan, Pertamina menjadikan RDMP & GRR sebagai dua fokus inisiatif strategis dalam rangka menuju perusahaan migas kelas dunia.
“Sebagai agen utama pengembangan energi nasional di Indonesia, Pertamina bertujuan menjadi perusahaan migas kelas dunia pada tahun 2025. Untuk mencapai standar kelas dunia ini, Pertamina akan meningkatkan kapasitas kilang melalui pembangunan 4 RDMP dan 2 GRR serta sekaligus mengintegrasikannya ke dalam pabrik petrokimia untuk mengembangkan bisnis baru dengan dukungan sumber daya manusia handal, teknologi terkini berkelas dunia serta mengedepankan aspek HSSE,” ujar Tallulembang dalam isi siaran pers yang diterima PORTONEWS.
Talulembang menyampailan hal itu ketika menjadi pembicara utama dalam kegiatan Refining Petrochemicals World (RPW) 2019 di hotel Westin Bali, (14-15/5/2019).
Megaproyek RDMP dan GRR, lanjut Tallulembang, sekaligus akan meningkatkan kemampuan pengolahan crude dari sweet crude menjadi sour crude dengan kandungan sulfur sekitar 2 persen. Selain itu, peningkatan Yield of Valuable menjadi sekitar 95 persen dari sebelumnya 75 persen.
“Kilang Pertamina ini nantinya akan menghasilkan produk BBM yang ramah lingkungan stanar Euro5 serta akan menghasilkan produk Petrochemical berkisar 6.600 Kilotonnes Per Annum (KTPA) dari sebelumnya sebesar 600 KTPA, sehingga bisa mengurangi impor produk petrokimia secara signifikan,” imbuh Tallulembang.
Dengan hadirnya kedua proyek besar ini, lanjut Tallulembang, diharapkan bisa meningkatkan produksi minyak sehingga 100 persen, memenuhi kebutuhan energi nasional serta mendukung pertumbuhan industri petrokimia dan memperkuat bisnis hilir Pertamina.
Pertamina, imbuh Tallulembang, terus berupaya meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) karena proyek yang dijalankan memiliki kebutuhan material dan jasa dengan standar yang tinggi untuk megaproyek yang saat ini sedang dijalankan Pertamina. Karena itu, Pertamina juga membutuhkan produsen manufaktur dalam negeri agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam berbagai aspek, seperti spesifikasi produk, ketepatan waktu hingga harga.
“RPW 2019 bagi kami merupakan ajang mencari partner yang tepat dalam menjalankan project-project yang kami miliki. Antusiasmenya sangat luar biasa, sehingga kami pun bisa memperoleh opsi dalam berbagai aspek pemilihan partner,” ujarnya.
RPW 2019 mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, salah satunya Dempsey Robby Kambey, GM Asset Management PT Kreasindo Resources Indonesia. Menurutnya, kegiatan ini sangat positif, sehingga ia bisa melihat sejauh mana perkembangan bisnis refinery dan pertrokimia saat ini, khususnya mengenai dua megaproyek yang saat ini dimiliki Pertamina.
“Kami pun mempunyai kesempatan untuk menyampaikan kapabilitas yang kami miliki sebagai perusahaan dalam negeri,” ujar Dempsey.
Hal senada diungkapkan Timbul P. Gurning, dari JMJ Associates yang merupakan konsultan Keselamatan Kerja Global. Menurutnya Pertamina memiliki proyek luar biasa yang juga harus didukung oleh aspek HSSE yang mumpuni. Kesempatan ini menjadi ajang bagi perusahaan untuk menyampaikan kapabilitasnya dalam mengelola aspek HSSE. (Panusunan Sahala)