Masih lekat di ingatan kita, tema besar peringatan ke-74 kemerdekaan Indonesia: “SDM Unggul, Indonesia Maju”. Diusungnya sumber daya manusia menjadi tema bukanlah tanpa alasan. Di tengah semakin ketatnya persaingan global, sumber daya manusia (SDM) menjadi elemen kunci bagi suatu bangsa untuk terus maju. Tak heran, setelah percepatan infrastruktur menjadi fokus utama pembangunan, mulai 2020 pemerintah menetapkan pembangunan SDM menjadi agenda berikutnya yang akan tercantum di dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Bukan perkara mudah untuk mendorong perbaikan kualitas SDM di negeri berpenduduk lebih dari 250 juta orang ini. Begitu banyak faktor yang turut menentukan keberhasilan upaya mulia tersebut. Kesehatan merupakan salah satu faktor penting. Sayangnya, di sektor penting inipun, pemerintah tidak kebal dari tantangan. Beratnya beban pemerintah dalam menanggung biaya pengobatan penyakit tidak menular adalah salah satu tantangan yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Data Global Burden of Disease 2010 dan Health Sector Review 2014 menyebut bahwa kematian akibat penyakit tidak menular, yakni stroke, menduduki peringkat pertama. Padahal 30 tahun lalu, penyakit menular seperti infeksi saluran pernapasan atas, tuberkulosis, dan diare merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan. Pergeseran pola penyakit tersebut ditengarai karena perubahan gaya hidup masyarakat.
Kementerian Kesehatan menegaskan bahwa tingginya resiko penyakit tidak menular tersebut merupakan ancaman serius bagi bangsa kita. Besarnya angka penderita penyakit ini justru berada di usia produktif yang seharusnya memberikan kontribusi pada pembangunan.
Penyakit tidak menular seperti penyakit jantung koroner, gagal ginjal kronik, kanker, dan stroke seharusnya dapat dihindari bila kita dapat menerapkan pola hidup sehat. Sayangnya, banyak di antara kita, dengan berbagai alasan belum menerapkannya.
Tentu masalah kesehatan, terutama yang berkaitan dengan pola hidup sehat bukan tanggung jawab pemerintah semata. Partisipasi aktif individu dan masyarakat berperan penting dalam mendidik dan mendisiplinkan masyarakat dalam berperilaku sehat.

Pola Hidup Sehat
Patrem Yeni Fatimah menyadari pentingnya peran tersebut. Sejak 2015, warga Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro itu telah aktif menjadi kader kesehatan bagi masyarakat. Kecintaannya pada pola hidup sehat membuatnya gigih mengedukasi warga desa tentang arti penting kesehatan.
“Dalam satu hari saya bisa mendatangi tiga sampai empat rumah warga. Awalnya banyak yang menolak karena takut jika mengetahui kondisi tubuhnya. Melalui tiga kali pertemuan, pelan-pelan kami terus berusaha sampai mereka mau mendapatkan informasi kesehatan dan pemeriksaan secara sukarela,” ungkap Patrem.
Dengan reputasinya sebagai kader kesehatan yang aktif itulah ia bersama tiga kader lainnya terpilih untuk ikut dalam Program Aku Sehat. Program tersebut diprakarsai oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) yang didukung oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pada tahun 2017. Program yang dijalankan bersama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Husada (StiKes ICSADA) ini memiliki empat garis besar kegiatan yang meliputi program pendampingan keluarga binaan, pendirian pusat informasi kesehatan untuk konsultasi dan layanan kesehatan dasar, pengembangan kapasitas kader kesehatan desa serta pemeriksaan dan pengobatan untuk masyarakat.
“Bagi saya, kesehatan itu adalah soal kenyamanan bagi diri sendiri dan lingkungan. Kita bisa membantu orang sekaligus menjadi contoh bagi mereka yang sedang sakit bahwa kesehatan itu sangat penting,” sambung Ibu satu anak ini.
Sebagai kader kesehatan, Patrem sangat merasakan manfaat dari program Aku Sehat. Adanya sarana transportasi misalnya, sangat membantu tersedianya pelayanan pendampingan rujukan yang dibutuhkan masyarakat saat muncul keluhan kesehatan. Iapun memperoleh pembekalan ilmu mengenai cara-cara efektif untuk membangun komunikasi dengan anggota masyarakat yang ia jangkau, sehingga sangat memudahkan proses komunikasi.
“Kami datang sebagai teman dan terus mendorong warga agar memahami kondisi tubuhnya sedini mungkin dan tidak takut untuk memeriksakan jika ada gejala penyakit,” ujarnya.
Semangat
Semangat Patrem dan rekan-rekan sesama kader kesehatan dalam program Aku Sehat kini telah membuahkan hasil yang menggembirakan. Dengan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki, Patrem kini menjadi pembimbing dari 40 orang kader kesehatan di Desa Gayam, Bonorejo, Brabowan, dan Mojodelik di Kabupaten Bojonegoro. Patrem pun kini aktif mendampingi 965 keluarga binaan dalam menjalankan pola hidup sehat.
Berkat dukungan para kader kesehatan seperti Patrem, program Aku Sehat telah mampu mengubah gaya hidup masyarakat menjadi lebih sehat, diantaranya melalui perilaku sederhana seperti membersihkan penampungan air secara berkala, tidak merokok di dalam rumah, atau menutup mulut saat batuk untuk mencegah penularan penyakit.
“Menggembirakan bagi saya bila saya dapat membantu masyarakat dalam bentuk pikiran dan tenaga agar semuanya sehat. Semoga ada generasi muda yang mau menjadi kader yang melebihi saya, sehingga masyarakat pun bisa jadi lebih sehat,” ujarnya.