Jakarta, Portonews.com – Ada empat usulan terkait hilirisasi industri mineral dan batu bara yang dikemukakan oleh Direktur Utama (Dirut) PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Budi Gunadi Sadikin saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan anggota Komisi VII DPR pada Senin (8/7/2019) di Jakarta. Apa saja usulannya?
Pertama, konservasi atau pemanfaatan Sumber Daya Alam masa kini dan akan datang. “Cadangan batu bara kita jangan dihabiskan semua sekarang. Kalau dihabiskan sekarang, uangnya dapat sekarang tapi anak cucu kita akan kesulitan untuk dapat batu bara sebagai pembangkit listrik, yang butuh 11 juta ton per tahun,” kata Budi. Diketahui, bahwa Inalum akan membangun proyek shale gas dan metanol. Untuk metanol membutuhkan 13 juta ton batu bara per tahun.
Kedua, adanya riset teknologi hilirisasi minerba. Menurut Budi, pihaknya mengalami kesulitan dalam teknologi processing karena belum ada subsidi negara. “Di Cina, riset pengembangan di-support oleh negara dan Perguruan Tinggi,” kata Budi.
Ketiga, adanya strategi energi bagi industri. Masih menurut Budi, untuk hilirisasi aluminium saja itu membutuhkan energi listrik sekitar 14.000 Kwh. Sedang untuk smelter membutuhkan listrik sekitar 10 000 Kwh dan hilirisasi nikel membutuhkan listrik sekitar 4000 – 5000 Kwh.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik tersebut, Budi mengusulkan agar pemerintah lebih memanfaatkan PLTA, yang paling efisien.
Keempat, adanya kebijakan fiskal hilirisasi industri minerba. Budi memahami bahwa pihak Dirjen Minerba KESDM dibebani dengan royalti minerba yang tidak sedikit. Tetapi industri juga membutuhkan insentif fiskal yang dapat mendorong pertumbuhan industri minerba.
RDP menghadirkan Bambang Gatot, Dirjen Minerba dan Djoko Wijayatno, Direktur Eksekutif IMA serta anggota Komisi VII DPR. Sedangkan RDP siang ini dipimpin oleh Tamsil Linrung, anggota Fraksi dari Partai Amanat Nasional (PAN).