Jakarta, Portonews.com – Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk, Garibaldi Thohir mengatakan, pihaknya akan tetap menyesuaikan serapan batu bara untuk produksi dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) berdasarkan target yang diberikan pemerintah yakni 25% dari total produksi.
Adapun, menurut Garibaldi, produksi batu bara pada 2019 ditargetkan mencapai 54 juta ton hingga 56 juta ton.
Garibaldi menjelaskan. Pada tahun 2018 yang lalu, total volume penjualan batu bara mencapai 54,39 metric ton atau naik 5% dibandingkan dengan tahun lalu.
“Penjualan ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia meliputi 39% dari total penjualan. Sisanya, 30% penjualan ke Asia Timur, China 14%, dan India 11%,” ujarnya.
Selain itu, dirinya menambahkan, perseroan juga berupaya untuk melalukan efisiensi lantaran harga batu bara yang kerap berfluktuasi. Seperti misalnya pada 2018, yang dinilai menjadi tahun dengan kondisi yang tidak mudah.
Garibaldi mengatakan, meskipun belum memberikan laporan kinerja pada kuartal I/2019, namun dipastikan kondisinya akan tetap menantang sama seperti tahun lalu. Walaupun demikian, dia optimistis permintaan batu bara, khususnya di kawasan Asia Tenggara, akan tetap tinggi.
“Awal tahun 2018 harga batu bara kan bagus, tetapi tiba-tiba Oktober-November menurun drastis, awal Januari 2019 harga masih kurang kondusif, tetapi Februari balik lagi,” tuturnya.
Sementara itu, menurut dirinya, harga batu bara memang berada di luar kontrol perseroan. Hal tersebut yang membuat perseroan terus melakukan efisiensi untuk menekan kondisi yang kurang kondusif.