Jakarta,Portonews.com-SKK Migas diminta untuk memprioritaskan lead consortium dihandle oleh perusahaan lokal saat dual Front Engineering End Design(FEED) dan EPC untuk Kilang LNG dan Floating Production Storage & Offloading(FPSO) di proyek Inpex Corporation yakni Lapangan Gas Abadi blok Masela, Laut Timor,Maluku.
Dikabarkan SKK Migas meminta lead consortiumnya bukan dari perusahaan lokal namun mengedepankan perusahaan internasional ketimbang dalam negeri Indonesia.
Diharapkan pejabat SKK Migas yang mengerti aturan tentang PTK 007.dan sudah adanya PP No.29 tahun 2018, Dimana aturan itu mengedepankan perusahaan lokal dan barang wajib sebagai lead consortium.
“Itu sebabnya kami meminta SKK Migas jangan setengah hati mendukung P3DN di project Masela dan project-project lainnya di lingkup migas,”ucap Direktur Eksekutif Gabungan Asosiasi Usaha Penunjang Energi dan Migas (Guspenmigas) Kamaluddin Hasyim dalam keterangan pers,Senin(9/12/2019) di Jakarta.
Konsorsium Project
Guspenmigas mendapatkan informasi bahwa lelang pra kualifikasi FEED di proyek Kilang LNG Masela memilih konsorsium project dengan lead nya perusahaan asing. Padahal, secara portofolio kemampuan perusahaan dalam negeri Indonesia sudah sederajat dengan perusahaan asing.
“Saya mengingatkan dan mengharapkan ke K3S Inpex, semua Barang dan Jasa. yang ditawarkan oleh anggota Guspenmigas wajib bisa masuk ke proyek Masela. Kenapa?, Karena Anggota Asosiasi dan perusahaan yang sudah berpengalaman diberbagai proyek. LNG Tangguh, Badak, Arun, dan sudah pernah kita kerjakan dan dipakai barangnya. Sedangkan untuk Kilang RDMP kita sedang ber-proses utk dikerjakan, dan di supply barangnya atas dasar pengalaman dan kemampuan di Indonesia,”jelas Kamaluddin hasyim.
Para anggota Guspenmigas yang adalah GAPENRI (Gabungan Perusahaan Nasional Rancang Bangun Indonesia), INKINDO (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia), APTINDO
(Asosiasi Perusahaan Inspeksi Teknik Indonesia), APMI (Asosiasi Pemboran Migas Indonesia), APROPIPE (Asosiasi Produsen Pipa Pemboran Migas Indonesia), APWI (Asosiasi Produsen Wellhead Indonesia), GAPIPA (Himpunan Pabrik Pipa Baja Seluruh Indonesia), INSA (Indonesia Nasional Shipowner’s Association), APROKIP (Asosiasi Produsen Kimia Penunjang Migas), INPEMIGAS (Asosiasi Industri Penunjang Migas), ASMETI
(Asosiasi Sistem Metering Indonesia), APCI (Asosiasi Produsen Cat Indonesia), IISIA (The Indonesian Iron and Steel Industry Association), APPAI (Asosiasi Produsen Pompa Angguk Indonesia), APPCI (Association Personal Protective Clothing Indonesia) dan AFABI (Asosiasi Fabrikator Indonesia).
Kepala SKK MIgas Dwi Sutjipto ketika dihubungi Portonews lewat pesan whatsapp ke gawai pribadinya, tidak berkomentar walau membaca pesan tersebut.