Jakarta,Portonews.com-PT Pertamina Hulu Energi North Sumatera Offshore dan North Sumatera B block (PHE NSO-NSB),anak usaha dari PT Pertamina Hulu Energi, merencanakan rezing upgrading instrumentasi secara bertahap.
Langkah ini dilakukan menyusul di PHE NSO-NSB terjadi kebocoran tanki akibat korosi karena sudah aging,lebih dari 40 tahun umurnya.
“kebocoran tanki F-6101, akibat korosi karena sudah aging (lebih dari 40 tahun). Saat ini kebocoran sudah selesai diperbaiki.
Produksi dapat terbaca dengan beberapa alat ukur lain nya,” papar VP Relations PT Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya kepada Portonews,Kamis (12/12/2019).
Menurut Ifki,NSO A sudah berumur sekitar 25 tahun dan saat ini beroperasi dibawah kapasitas, sehingga sering terjadi gangguan di bagian instrumen.
“Upaya yang dilakukan saat ini adalah dengan melakukan resizing-upgrading instrumentasi secara bertahap,” ucap Ifki.
Pertamina lewat kebijakan anorganik, mengakuisisi Blok North Sumatera B (NSB) dan Blok North Sumatera Offshore (NSO) pada 2015 dari pengelola awal ExxonMobil Indonesia. Kedua blok produksi tersebut selanjutnya dikelola oleh PT Pertamina Hulu Energi NSB & NSO.
Dalam pengelolaan PHE NSB & NSO, selama 3 tahun terakhir dengan asset sumur dan fasilitas relative tua, produksi kedua blok tersebut masih tetap terjaga.
Blok NSB terletak di daerah Kabupaten Aceh Utara, sementara Blok NSO berlokasi di kawasan lepas pantai Bireun, Lhoukseumawe (Aceh Utara), dan Aceh Timur. Kedua blok ini, pra 2015 dikelola oleh ExxonMobil Oil Indonesia Incorporation (EMOI). Blok B mulai berproduksi pada 1977 dengan puncak produksi 3.400 MMSCFD. Sedangkan Blok NSO berproduksi sejak 1996 dengan puncak produksi 400 MMSCFD. Produksi utama kedua blok ini berupa gas dan kondensat yang menjadi feedstock kilang LNG PT. Arun NGL, ketika kilang LNG tersebut masih beroperasi pada 1978- 2014.