Jakarta.Portonews.com-PT Perusahaan Gas Negara Terbuka (PGN Tbk) mengajukan pengurusan ijin Analisa Dampak Lingkungan ke Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK). Plus mengajukan ijin niaga ke Direktorat Pembinaan Usaha Hilir Ditjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Ijin Amdal dan ijin Niaga untuk pembangunan Terminal Gas Teluk Lamong di Jawa Timur.
Di sisi lain, PGN bersyukur karena kajian studi kelayakan dari Institut Teknologi Surabaya (ITS) sudah keluar dan menyatakan proyek layak dikerjakan PGN.
“Kajian ITS udah beres, sekarang lagi urus perizinan untuk revisi Amdal dari Dirjen Planologi KLHK untuk Terminal Teluk Lamong agar bisa handling cargo bulk cair dan izin usaha untuk niaga gas dari Dirjen Migas,” kata Direktur Utama PT PGN Tbk Gigih Prakosa saat dihubungi via telepon oleh Portonews,Selasa (9/7/2019).
PGN, ujarnya, akan mengupayakan segera dibukanya tender untuk Engineering Procurenment and Construction (EPC/Rekayasa Enjinering). Namun hal ini akan dilakukan setelah ijin-ijin diperoleh.
“EPC setelah izin-izin diperoleh…Target secepatnya..” tegas Gigih.
Menurut Direktur Pembinaan Kegiatan Usaha Hilir Ditjen Migas Rizwi Hisyam hingga sekarang secara offical PGN belum mengajukan ijin tersebut.
“Pernah dengar rencana PGN tersebut… tapi sampai sekarang belum ada pengajuan resmi untuk ijin usaha niaga gas nya,”cetus Rizwi.
Fase Pembangunan
Pada fase pertama, pembangunan akan fokus kepada fasilitas regasifikasi di kawasan lepas pantai dan menggunakan storage sementara, dengan utilisasi kapal LNG ukuran sedang yang sesuai ukuran jetty (dermaga) eksisting di Terminal Teluk Lamong.
Fase kedua yaitu pembangunan terminal pengisian LNG skala kecil (Iso Tank 20-40 feet container) untuk distribusi LNG di luar sistem pipa PGN dan ship to truck LNG bunkering. Fase paling akhir mencakup pembangunan tangki LNG permanen.
Dimulai dengan dengan ukuran 50.000 cbm, sebagai pengganti floating storage untuk memenuhi kebutuhan suplai gas sistem pipa PGN di Jawa Timur. Fasilitas tersebut dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan sampai dengan 180 MMSCFD.
Pengoperasian penuh terminal tersebut diperkirakan pada 2023, dan dapat berkembang untuk pemenuhan semua kebutuhan gas di Jawa Timur sebesar 600 MMSCFD dalam jangka panjang.
“Perpipaan dari jetty menuju onshore regasification unit akan sangat efisien karena bisa ditempatkan di atas pilecap conveyor yang sudah ada untuk melayani bongkar curah kering di Terminal Teluk Lamong. Sedangkan luasan area yang disiapkan Pelindo III untuk fasilitas regasifikasi mencapai 2,5 hektar, sehingga sangat memadai,” tutur Gigih.