Jakarta, Portonews.com – Diharapkan ada tambahan kapasitas produksi dan cadangan nasional serta bisa mengurangi belanja BBM Pertamina dari pasar spot. Demikian diutarakan oleh Ferdinand Hutahaean, pengamat energi menanggapi tindaklanjut pengembangan Kilang Cilacap oleh Pertamina dengan Saudi Aramco.
“Kerjasama ini tentu bagus dampaknya untuk peningkatan produksi dan up-grading kilang kita secara besar-besaran di Cilacap. Produksi pasti akan naik dan tentu akan mengurangi impor minyak terutama bahan bakar,” kata Ferdinand pada Portonews, Selasa (25/6/2019) di Jakarta.
Walaupun demikian, Ferdinand tidak menampik tetap adanya impor minyak mentah. Namun tetap akan impor minyak mentah sebagai bahan baku produksi.
Disamping itu, pengembangan Kilang Cilacap ini tentu berpengaruh positif terhadap ketahanan energi. “Tampaknya terhadap ketahanan energi tentu positif meski tidak bisa berharap banyak karena minyak mentah dalam negeri sebagai bahan baku tentu tidak mencukupi dan akan tetap impor,” imbuhnya.
Namun yang perlu diwaspadai, ungkap Ferdinand, adalah sistem atau pola kerjasama antara Pertamina dengan Saudi Aramco. “Model bisnisnya apa? Apakah joint venture atau kerjasama operasi atau pinjaman? Saya melihat lebih baik statusnya adalah pinjaman saja, sehingga aset Pertamina di Cilacap sekarang dan nanti tetap jadi milik Pertamina,” paparnya. Kalau joint venture, apalagi Pertamina menggunakan aset sebagai penyertaan modal, maka aset Cilacap tentu menjadi milik bersama. “Ini tidak boleh terjadi. Maka pilihan utamanya haruslah pinjaman. Biarkan Pertamina yang membangun dan memiliki aset menggunakan dana dan teknologi dari Saudi Aramco serta jaminan pasokan minyak mentah dari Saudi Aramco untuk suplay bahan baku produksi,” tandasnya.