Jakarta, Portonews.com – Proyek gas Masela sebenarnya telah discovery pada tahun 2000. Kala itu yang menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM) adalah Purnomo Yusgiantoro. Bahkan POD-1 (Plan of Development) sudah selesai sebelum masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), dimana waktu itu sudah diputuskan produksi gas offshore (pemerintah dan Inpex setuju) 2.5 MTPA. Hal tersebut diungkapkan oleh Raden Tony, pemerhati energi pada Portonews, Kamis (31/5/2019).
Pernyataan Raden ini sekaligus menanggapi klaim Ignasius Jonan bahwa proyek gas Masela bisa dituntaskan negosiasinya setelah 18 tahun menanti. “Ini manuver dan tebar prestasi agar Jonan bisa lanjut pada kabinet berikutnya,” tegas Raden.
Menurut Raden, pada waktu Sudirman Said (SS) menjabat sebagai MESDM, dan terjadi silang pendapat dengan Rizal Ramli (RR) yang saat itu masih menjabat sebagai Menko Maritim dan SDA. Bahkan silang pendapat ini menimbulkan ‘perang’ opini secara terbuka di publik. Ironisnya, lanjut Raden, kedua Menteri ini dipecat oleh Presiden Jokowi karena mau naikkan produksi 9.5 MTPA.
Proyek Masela diputus Jokowi produksi gas dari onshore (Inpex kurang setuju) sehingga diajukan lagi negosiasi baru 2017 (Jonan menjadi MESDM pada Oktober 2016). “Jadi yang benar untuk negosiasi berjalan 2.5 tahun bukan 18 tahun atau 20 tahun.Waktu kontrak PSC habis pada tahun 2027. Dan ini yang harus diluruskan,” tegas Raden.
Publik telah dibohongi seakan-akan berkat negosiasi Jonan, Masela berhasil dituntaskan. Jadi quo vadis Masela?