Jakarta, Portonews.com – Holdingisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai cukup berhasil dibandingkan era pemerintahan sebelumnya. Apa indikatornya?
Proses holdingisasi BUMN sebenarnya telah dimulai sejak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tetapi belum berhasil meraih kinerja yang bagus. “Dulu holding perusahaan pupuk. Ada juga holdingisasi perusahaan semen. Tapi tidak berhasil meraih sukses,” kata Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Inas Nasrullah Zubir pada Portonews, Rabu (20/3/2019) di Jakarta. Kalau core bisnisnya sama, itu bukan holdingisasi tetapi merger.
Menurut Inas, seharusnya holdingisasi itu antara perusahaan yang memiliki core bisnis yang berbeda tetapi masih berkaitan satu dengan lainnya. Itulah yang namanya holdingisasi. Dia mencontohkan holdingisasi BUMN di Jepang yang berhasil. “Satu perusahaan penerbangan yang menjadi induk perusahaan lain tetapi masih saling berkaitan, seperti aviasi dan listrik. Sedangkan di Indonesia, antara PT Garuda, PT Angkasa Pura, PT Pertamina, yang memyediakan avtur, dibuat terpisah,” paparnya.
Dia mengutarakan holdingisasi saat ini jauh berhasil. “Sebut saja misalnya holdingisasi antara Pertamina dan PGN. Atau Inalum yang menjadi induk dari perusahaan-perusahaan pertambangan,” tandasnya.
Terkait kinerja BUMN, Inas menyatakan masih lebih baik. Dia juga menyadari bahwa BUMN di Tanah Air berbeda dengan BUMN di negara-negara lain. “Di sini BUMN berfungsi sebagai penggerak perekonomian nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,” paparnya. BUMN mengemban amanat Undang-undang (UUD) 1945 Pasal 33.
“BUMN kita tidak bisa hanya semata-mata mengejar keuntungan tapi ada tugas yang disebut Public Service Obligation (PSO),” kata Inas.
Saat ditanyakan soal ketidakhadiran Menteri BUMN Rini Soemarno dalam setiap Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan anggota Komisi VI DPR, Inas mengakui bahwa Ibu Rini atas kesepakatan bersama rekan-rekannya memang ditolak untuk hadir. “Tentu ini kerugian bagi kita karena tidak dapat mendengar secara langsung laporan dan kinerja serta progres BUMN. Tapi sudahlah,” katanya. (Sofyan Badrie)