Jakarta.Portonews.com-Kementerian Badan Usaha Milik Negara mengoptimasi hilirisasi bijih Nikel dan ikutannya agar bisa diserap pabrikan produsen bahan baku battery Lithium.
Pengembangan produksi baterry saat ini dilakukan oleh Jepang dan Korea Selatan. Ke dua negara itu bersaing mengembangkan baterry untuk kendaraan listrik (mobil maupun motor listrik).
“Sebenarnya fokus kita lbh ke kajian produksi baterry yg saat ini dikembangkan oleh Jepang dan Korea. Inti dari kendaraan listrik adalah battery. Nah bahan baku battery (Lithium based) adalah precurser yg sebagian besar diproduksi oleh China (Huayou) dengan bahan baku cobalt dan lain-lain. Jadi kepentingan kita sebenarnya adalah hilirasi bijih nikel dan ikutannya (termasuk lithium cobalt dlsb) utk menjadi bahan baku battery (precurser),” kata Deputi Bidang Usaha Pertambangan,Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno kepada Portonews.com,Minggu (23/6/2019).
Fajar menjelaskan hal ini yang sedang dikaji dan dilakukan persiapannya baik oleh grup holding industri pertambangan (Inalum cs) dan holding migas (pertamina cs).