Jakarta.Portonews.com-Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)soroti lanjutan proyek Jawa Bali Crossing 500 Kilo Volt (KV) kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
PLN melalui anak usahanya, PT Pembangkitan Jawa—Bali (PJB), berencana menambah kapasitas transfer listrik dari Jawa ke Bali melalui saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) 500 kV.
Hingga jelang semester ke dua tahun 2019,PLN belum melaporkan perkembangan proyek itu.
“Jumat ini (24/5/2019) PLN diminta menghadap ke Wamen Esdm Arcandra Tahar untuk jelaskan nasib proyek transmisi Jawa-Bali 500 KV. Pak Wamen ingin dengar penjelasan PLN,” kata sumber Portonews.com di lingkup PLN.
Menurut dia,ada 2 permasalahan pokok yang ingin diketaui Wamen, yakni; pendanaan dan perijinan.
Transmisi ini akan membentang di atas Selat Bali sepanjang 2,7 kilometer (km) dengan tower setinggi 376 meter dan dapat menghantarkan daya listrik hingga 2.800 megawatt (MW).
Lingkup pengerjaan proyek transmisi Jawa—Bali akan dibagi ke dalam tujuh kelompok, yaitu GISTET 500 kV Paiton, SUTET 500 kV Paiton—Watudodol, SUTET 500kV Watudodol—Segara Rupek, SUTET 500 kV Segara Rupek—Tx Gilimanuk, SUTET 500 kV Gilimanuk Antosari, GISTET 500 kV Antosari, pembaharuan 11 gardu induk.
Namun, rencana pembangunan tersebut mendapatkan penolakan dari masyarakat setempat karena lokasi JBC yang sangat dekat dengan Pura Segara Rupek dinilai akan mengganggu kesucian pura yang dilalui jaringan listrik ini.
Perubahan Rencana Pendanaan
Berdasarkan info yang dihimpun Portonews.com didapatkan fakta bahwa Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvi Felienty Roekman mengatakan ada perubahan rencana pendanaan.
Syofvi menjelaskan pembangunan JBC kemungkinan akan membutuhkan tambahan dana. Total anggaran untuk investasi proyek JBC ini mencapai Rp4,8 triliun.
Proyek tersebut telah mendapatkan pendanaan dari sejumlah sumber, antara lain senilai US$224 juta dari Asian Development Bank (ADB), US$25 juta dari The Asean Infrastructure Fund Ltd. (AIF), US$100 juta dari Kreditanstalt fur Wiederaufbau (KfW) atau Bank Pembangunan Jerman dan Rp223 miliar dari internal PLN.
“Pasti financing lebih besar, kan makanya PLN tadinya maunya lewat atas. Ini sedang dicari teknologi yang pas sehingga ekspektasi kami kenaikan tidak terlalu tinggi,” tutur Syofvi kepada wartawan beberapa waktu lalu di Jakarta.
Dia belum dapat menyebutkan estimasi jumlah tambahan dana yang diperlukan. Pihaknya juga akan menginformasikan hal tersebut dengan pihak pemberi dana saat ini.
“Nanti saya komunikasikan ke pendana yang pasti pada prinsipnya mereka mau proyek selesai, mau lewat atas atau bawah,” kata Syofvi.
Syofvi mengakui bahwa perseroan belum dapat memastikan apakah pihak pendana itu bersedia menambah bujet proyek tersebut.