Jakarta.Portonews.com – Pertamina akan mejadi ujung tombak pemerintah dalam upaya pencapaian target lifting minyak 2020 sebesar 755 ribu BOPD, melalui percepatan produksi di seluruh lapangan migas milik Pertamina.
Demikian dikatakan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas, Dwi Soetjipto, ketika memberikan keterangan pers usai mengikuti pembukaan resmi IPA convention and Exhibition 2019, oleh Menteri ESDM, di Jakarta Convetion Centre (JCC), Senayan, Jakarta, Rabu (4/9/2019).
“Senin kemarin saya telah menemui teman-teman di Pertamina dalam rangka membicarakan percepatan semua PoD (Plan of Development–red) yang ada. Saya minta Pertamina untuk melakukan percepatan ini dengan tujuan memproduksikan potensi minyak yang ada di lapangan-lapangan minyak Pertamina,” kata Dwi Soetjipto.
Menurutnya, dengan percepatan PoD tersebut maka dapat dipastikan produksi migas akan meningkat satu atau dua tahun ke depan. “Nah, terkait dengan lifting minyak 755 BOPD yang telah disetujui Komisi VII DPR, saya tahu semua kalau EOR dan Work Over itu sulit. Tapi, walaupun itu sulit, saya pikir, ini tentu akan menjadi lebih baik kalau kita memulainya dari sekarang,” kata Dwi Soetjipto.
Kepala SKK Migas menjelaskan bahwa disamping itu pemerintah juga mejalankan langkah-langkah untuk menciptakan efisiensi usaha di industri hulu migas.
Langkah-langkah itu, kata Dwi, mengacu pada upaya menciptakan efisiensi pada usaha migas di Indonesia. Pertama adalah membentuk sinergitas investasi dengan membangun kluster-kluster pengembangan blok migas, kedua pengadaan bersama berbagai barang yang menjadi kebutuhan para kontraktor.
“Kalau belanja barang dalam jumalah yang lebih besar selalu lebih murah. Selain itu pemanfaatan infrastruktur secara bersama-sama, ini bisa menekan biaya yang signifikan,” ujar Dwi.
Langkah selanjutnya atau ketiga adalah pembuatan kontrak jangka panjang bagi investor, dan terakhir langkah keempat adalah penggunaan teknologi mutahir atau yang terbaik.
Ketika menyinggung potensi minyak dan gas di Indonesia, Dwi mengatkan, masih cukup besar yang, sampai sekarang belum tergarap.
Menurutnya, terdapat 128 cekungan yang ada, namun baru 54 saja yang tergarap dan sisanya masih belum tersentuh. “Dari 54 itu pun hanya 18 yang sudah berproduksi,” kata Dwi Soetjipto.