Jakarta, Portonews.com – ICCO Cooperation bekerjasama dengan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) menggelar acara launching nasional program Responsible and Sustainable Palm Oil in Indonesia (RESBOUND), pada Selasa, (19/11/2019), di Jakarta Pusat.
Kegiatan tersebut menyusul penerimaan pelaksanaan program di 10 desa di Sumatera Utara dan 10 desa di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
“Inovasi program RESBOUND ini adalah menyatukan masyarakat dan perusahaan agar bersinergi untuk mendapat manfaat dari program CSR dari perusahaan-perusahaan anggota IBCSD,” kata Indonesia Country Coordinator ICCO Cooperation, Kiswara Santi, saat press conference.
RESBOUND adalah program berdurasi tiga tahun yang diselenggarakan oleh konsorsium masyarakat sipil, diantaranya, ICCO Cooperation, Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) dan PENABALU, serta didukung oleh Uni Eropa.
Program tersebut bertujuan mendorong pembangunan desa di area perkebunan sawit, yang responsive terhadap kebutuhan komunitas dengan menggunakan pendekatan inklusi melalui dialog dengan sektor swasta.
Terkait dengan inisiatif ini, transformasi pasar domestik melalui pembangunan kesadaran konsumen produk sawit yang diproduksi secara bertanggung jawab.
Kiswara menambahkan, konsorsium RESBOUND memilih bekerjasama dengan desa. Sebab desa adalah sumber penghasil pangan dan energi, termasuk penghasil sawit. Namun, jarang ang memperhatikan kesejahteraan dan perikehidupan masyarakatnya.
Sebagai asosiasi perusahaan yang menerapkan prinsip keberlanjutan, IBCSD melihat bahwa kesadaran akan risiko perubahan iklim di level konsumen telah mendorong masyarakat untuk lebih memilih produk-produk berkelanjutan.
Direktur Eksekutif IBCSD Indah Budiani mengungkapkan, dengan meningkatnya demand di konsumen, penciptaan produk yang sustainable pada akhirnya akan dapat meningkatkan posisi daya saing sawit Indonesia di pasar global.
“Ada hal-hal perlu diperhatikan untuk menyiasati agar minyak sawit kita diterima di pasar Eropa dan Amerika Serikat. Dalam ekspor minyak sawit ini ada standar dan biasanya kenapa tidak diterima karena tidak memenuhi standar yang ditentukan. Oleh karena itu tentunya peranan IBCSD mendorong perusahaan-perusahaan itu untuk dapat bisa memenuhi standar yang sudah ditentukan,” ucap Indah kepada PORTONEWS.
Caranya, menurut Indah, bekerjasama dengan berbagai pihak, entah itu capacity building untuk program development di perusahaan tersebut. “Nah salah satu cara kita hari ini adalah upaya untuk mendorong perusahaan untuk ikut belajar bagaimana bisa meningkatkan komitmennya untuk memakai sustainable palm oil atau sumber daya material palm oil itu yang tersertifikat sehingga nanti bisa dibeli oleh negara-negara lain,” ujarnya.