Nusa Tenggara Barat, Portonews.com – Tak semua orang memiliki bakat berwirausaha, namun jiwa entrepreneurship itu bisa dipelajari, ditularkan kepada orang lain khususnya masyarakat sekitar kita, sehingga bisa memberikan manfaat bersama, sekaligus mengangkat harkat dan martabat mereka.
Itu juga yang dilakukan Hajjah Zainab (49) pemilik UD Azhari yang merintis usaha makanan ringan berbahan baku jagung dan rumput laut dengan brand merek Tapona Food.
Ibu berputra tiga itu melibatkan kaum perempuan di sekitarnya, bahkan sampai lintas kabupaten, yaitu di Lombok Tengah, Lombok Barat dan Lombok Timur.
“Bagi saya tak ada artinya jika kesuksesan diraih secara sendirian, sementara lingkungan sekitar tidak ikut dilibatkan. Makanya saya ajak ibu-ibu di sekitar saya untuk bisa menjadi perempuan produktif, lewat Tapona Food dan dikembangkan pemasarannya lewat Koperasi Wanita Putri Rinjani,” kata Hajjah Zainab, saat ditemui di Dusun Tapon, Desa Bilebante, Kecamatan Pringgabata, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Sepanjang berkeliling ke pelosok-pelosok, banyak ia temui hamparan tanaman jagung, dan juga rumput laut kalau ia menyisir pantai. Lalu ia mulai berpikir bagaimana meningkatkan nilai tambah dari jagung. Maka ide pembuatan tortila (keripik jagung) pun muncul, dengan bahan dasar jagung giling. Sementara untuk rumput laut, ide pembuatan dodol pun terlintas di benaknya.
“Sebenarnya sudah ada produsen dodol rumput laut, namun itu diproduksi perusahaan besar. Kalau mereka bisa, kenapa saya tidak? apalagi saya punya keunggulan dalam pembuatan dodol laut, yaitu bahannya sebagian besar dari rumput laut olahan, bukan dari tepung rumput laut yang kalau kita makan masih ada rasa lengketnya,” ujar Zaenab.
Awalnya, Zaenab berkeliling menawarkan produk dari pintu ke pintu dengan sepeda motor. Prinsipnya, kalau usahanya halal, kenapa musti malu. Terbukti, usahanya mulai menemukan jalan. Produk usahanya berhasil merangsek ke jaringan toko oleh-oleh di sejumlah penjuru Pulau Lombok.
Cita rasa produk yang enak, kemasan yang menarik, dan harga yang ‘miring’ membuat produknya disukai konsumen, terutama para wisatawan yang berlibur ke Lombok.
Selain itu, Zaenab juga menjamin kualitas seluruh produknya telah memenuhi persyaratan perizinan mulai dari BPOM, Dinas Kesehatan dan juga sertifikasi halal dari MUI. Dia menekankan pentingnya makanan yang sehat dan alami, tidak hanya sekadar enak.
Permintaan produknya perlahan terus mengalami peningkatan. Inilah yang kemudian dia implementasikan dengan melibatkan para Ibu-Ibu di kampungnya yang ditinggal para suaminya bekerja menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia.
Baginya, konsep bisnis berjamaah merupakan hal pertama ia akan lakukan jika sukses merintis usaha. “Punya usaha terus sukses sendirian itu sudah biasa, tapi kalau suksesnya berjamaah itu baru luar biasa,” lanjut Zaenab.
Kopwan Putri Rinjani
Lantas Zaenab pun secara tekun dan penuh kesabaran mengajarkan ibu-ibu di kampungnya dalam bisnis keripik tortilla. Ia pun mengajak 20 ibu-ibu untuk mendirikan koperasi wanita Putri Mandiri. Dalam koperasi itu ada sebanyak 380 ibu-ibu yang terbagi dalam 38 kelompok usaha produktif, ia bina secara perlahan.
Melihat kiprah luar biasa dari Hajjah Zaenab dalam membina, membimbing dan menjadikan ibu-ibu menjadi perempuan produktif ini, Kementrian Kelautan dan Perikanan pun mendaulat Putri Rinjani sebagai Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP).
Untuk mitra produksi, Zaenab menyediakan bahan baku. Ia akan membeli produksi keripik mentah yang mereka hasilkan dengan harga Rp25 ribu per kilogram. Selain mendapat ilmu, para ibu juga diberikan upah antara Rp20 ribu hingga Rp25 ribu setiap setengah hari bekerja. Jika dikalkulasikan, para ibu mendapat penghasilan Rp750 ribu setiap bulannya. Upah ini, bisa dikatakan setara saat para ibu membersihkan gulma di sawah.
Zaenab menekankan pentingnya menjaga kualitas produk. Hal ini dimulai dengan mengawasi secara langsung bahan bakunya hingga proses produksi. Untuk jagung, dia menegaskan harus yang benar-benar matang di pohon. Dengan begitu, warna kuning butiran jagung nyaris tidak akan berubah meski pun telah diolah. Sedangkan Rumput laut, ia tegaskan hanya memilih yang bersih dari kotoran. Selain itu, masa petik juga harus sesuai dengan umur teknisnya.
Selain dijual di jaringan oleh-oleh di seantero Pulau Lombok, tortila dan dodol rumput lalut pun ia kirim ke sejumlah daerah seperti beberapa kota di pulau Sumatera dan Jawa. Belakangan, ia dibantu GIZ (Deutsche Gesellschaft Fur Internationale Zusammenarbeit) di Mataram yang memberikan pendampingan manajemen dan pemasaran. Dari situ, usaha keripiknya semakin berkembang.
Nikmati Masa Jaya
Bisnis berjamaah ini bisa menghasilkan 500 kilogram keripik tortilla per minggu. Sebanyak 25 kilogram keripik tortilla mentah ia kirim ke pelanggannya di Batam, Jakarta dan Banyuwangi per minggu dengan harga Rp 35 ribu per kilogram.
Sisanya digoreng, dikemas, dan dititipkan ke toko penjual oleh-oleh dan tiga hotel di Mataram. Untuk tiap kemasan 125 gram tortilla bermerek dagang Tapona dijual Rp15 ribu dan kemasan 65 gram Rp6 ribu.
Zaenab mengaku, pemasaran tortilla jagungnya hanya dilakukan dari mulut ke mulut dan menitipkannya ke toko oleh-oleh. Sebagian besar orang yang sudah mencicipi tortilla jagung dari Putri Rinjani, membuat testimoni di media sosial/online.
“Banyak yang ingin pesan online juga. Bahkan beberapa waktu lalu ada buyer dari Afrika Selatan ingin kami memasok sebanyak 10 ton per bulannya. Tapi kami tolak karena kita belum sanggup untuk pasok rutin segitu karena kita mesti merangkul lagi sejumlah dusun untuk bisa berproduksi sampai ton,” katanya.
Berbagai Penghargaan
Pengakuan akan kiprah Hajjah Zainab pun datang dari berbagai instansi. Kementerian Kelautan dan Perikanan bahkan menjadikan Putri Rinjani sebagai P2MKP (Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan pada 2013 untuk diversifikasi olahan rumput laut dan olahan ikan.
Bupati Lombok Tengah pun memberikan Tastura Award 2014 untuk kelompok UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera) berprestasi 2014.
Pada 2017, Bupati Lombok Tengah kembali memberikan penghargaan kepada Hajjah Zaenab sebagai kader penggerak UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
Departemen Perindustrian pun tak mau kalah dengan memberikan penghargaan Kreasi Mutu Prima 2017 atas kiprah Putri Rinjani dalam penerapan GKM (Gugus Kendali Mutu) yang diberikan langsung oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
Hajjah Zaenab menganggap penghargaan yang ia terima itu sebagai motivasi untuk bisa bangkit dan bangkit lagi ketika usaha mengalami perlambatan. “Seperti saat ini, pasca gempa kemarin harus diakui banyak berdampak pada KUMKM, kami salah satunya. Namun kami yakin akan bisa bangkit lagi,” tegasnya.
Zaenab pun membuktikannya dengan mulai melakukan diversifikasi usaha dalam industri kosmetik berbahan dasar rumput laut, yang dikembangkan melalui Kopwan Putri Rinjani.
“Lahan sudah ada, kami juga mendapatkan bimbingan dari Martha Tilaar, tinggal masalah perizinan yang belum rampung,” akunya.
Untuk perluasan pemasaran, Kopwan Putri Rinjani pun sudah mendapatkan outlet UMKM di Kawasan ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang akan dibuka pada 2020. ” Saya tekankan pada anggota koperasi, kita pernah jaya dan setelah musibah gempa NTB, yakinlah kita akan bangkit lagi dengan produk-produk yang khas dan berdaya saing,” pungkasnya.