Tahun 2019 menjadi tahun membanggakan atas kinerja Kementerian Pertanian (Kementan). Pasalnya, Kementan kembali berhasil pertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2018 oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Setelah 10 tahun, opini WTP ini diraih Kementan di bawah kepemimpinan Andi Amran Sulaiman secara berturut dalam tiga tahun terakhir yakni sejak 2016 hingga 2018, dan hal ini pertama dalam sejarah Kementan. Hal tersebut menandakan pengelolaan anggaran Kementan telah dilakukan secara akuntabel dan standar akutansi pemerintah.
Memang tidak gampang mengelola anggaran serta aset yang sedemikian besar di seluruh instansi pemerintah, termasuk salah satunya adalah Kementan. Jika dilihat dari sisi anggaran belanja yang diberikan kepada Kementan, di tahun 2015 saja anggaran Rp32 triliun. Kemudian, 2016 sebesar Rp27,6 triliun, 2017 Rp24 triliun, 2018 Rp21,68 triliun, dan 2019 Rp20,53 triliun.
Namun, menurunnya anggaran belanja Kementan tersebut tidak lantas turut menurunkan kinerjanya yang baik dan berprestasi. Misalnya, dalam Rapat Kerja Komisi IV DPR RI dengan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, Juni silam.
Wakil Ketua Komisi IV DPR Michael Wattimena dari Fraksi Partai Demokrat mengatakan, Amran termasuk menteri yang bersinar di kabinet Jokowi-JK. Alasannya karena prestasi yang berhasil mengangkat kinerja sektor pertanian baik dari sisi kinerja pengadaan pangan maupun laporan keuangan. Prestasi ini hanya bisa dilakukan Mentan Amran.
Selain berhasil mendapat predikat WTP, torehan prestasi juga bisa dilihat dari kinerja Kementan yang berhasil mengelola berbagai komoditas pangan seperti padi dan jagung, kini sudah swasembada. Bahkan sudah ekspor padahal dulunya pemenuhannya sebagian terpaksa harus didatangkan lewat impor. Prestasi berikutnya, dengan melihat Triwulan pertama tahun 2019 serapan anggaran mencapai 21,43 persen.
Capaian sektor pertanian juga terbukti nyata melalui data yang dikeluarkan BPS terkait Pendapatan Domestik Bruto (PBD) dari sektor pertanian yang meningkat drastis sejak 2014 hingga 2018.PDB tersebut naik Rp400 triliun sampai Rp500 triliun. Akumulasi dari 2014-2019 Rp1.370 triliun.
Menteri Amran menyebutkan, salah satu faktor yang mendongkrak peningkatan PDB Pertanian Indonesia adalah peningkatan ekspor. Pada kurun waktu yang sama, peningkatan ekspor diperkirakan mencapai 9-10 juta ton. Jika pada tahun 2013 ekspor hanya mencapai 33 juta ton, maka pada tahun 2018 ekspor pertanian mencapai 42 juta ton.
“Pertumbuhan ekonomi pertanian kita baru-baru ini juga sudah mencapai 3,7 persen, angka tersebut melampaui target yang di tetapkan pemerintah yaitu 3,5 persen,” ujarnya.
Dari sisi inflasi pangan, Amran menyebutkan pada periode 2014-2017, inflasi pangan juga mengalami penurunan yang signifikan. Pada periode tersebut, tercatat inflasi pangan turun 88,1 persen, dari 10,57 persen menjadi 1,26 persen.
“Sebelumnya inflasi Indonesia berada diposisi terburuk nomor 3 ditingkat dunia, Alhamdullillah sekarang kita berhasil melampaui 12 Negara di antaranya Jepang, Jerman, Kanada, dan Belanda,” ungkap Amran. ℗ Adv