Jakarta Portonews – Darah Birokrat mengalir dalam diri Drs. Nataniel D. Mandacan, M.Si. Perjalanan karirnya pun terbilang panjang sebelum akhirnya ia berada pada levelnya sekarang.
Putra asli Papua Barat kelahiran Manokwari, 11 November 1962 ini, mengenyam pendidikan sekolah di Papua. Bahkan, ia merupakan lulusan Universitas Cendrawasih, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Usai lulus kuliah pada 1987, ia sempat bekerja dengan orang asing sebagai penerjemah injil dari bahasa Inggris ke bahasa daerah selama satu tahun. Kemudian, di tahun 1989, Nataniel mencoba peruntungannya dengan mendaftar menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Puji syukur, dia pun diterima dan mengawali karir birokratnya sebagai staf kepegawaian di Pemerintahan Daerah Kabupaten Manokwari.
Di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ia mendapat kenaikan pangkat dan mendapat kesempatan meneruskan kuliah S2nya di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, di tahun 2004.
Saat pulang kampung ke Manokwari dalam rangka penelitian kuliahnya, tak disangka dia pulang di waktu yang tepat. Nataniel kembali manakala sedang terjadi pemekaran provinsi di Papua Barat pada 2003 silam.
“Saya dipanggil oleh Bupati Dominggus Mandacan yang sekarang menjadi Gubernur, saat mereka mau pelantikan. Ternyata saya dipanggil karena mau dilantik sebagai kepala biro kepegawaian,” kata Nataniel.
Sementara, ia sudah mengabdi selama 15 tahun di Kabupaten Manokwari, rupanya keberuntungan kembali datang di saat yang sama sekali tak pernah ia duga. Selama lima tahun ia menjabat sebagai kepala biro kepegawaian. Selanjutnya, tahun 2008 ia mengepalai kantor regional IX BKN Jayapura.
Ayah dari tiga orang anak itu, sempat mengikuti Pilkada di 2010, namun tidak menang. Dan, setahun kemudian ia dilantik menjadi Sekretaris Daerah Provinsi Papua Barat 2014. Bagi Nataniel, inilah level tertinggi dalam sepanjang karir birokratnya. Ketika ditanya apakah ingin menjadi Gubernur?
“Tidak. Ini sudah karir tertinggi saya,” ujarnya, sangat membumi. Adv